Daerah

Di Dunia Ini, Siapa yang Layak Disebut Sahabat Sejati?

Sab, 27 Juli 2019 | 00:30 WIB

Di Dunia Ini, Siapa yang Layak Disebut Sahabat Sejati?

Manusia hendaknya bisa memilih sahabat terbaik dalam hidup.

Jombang, NU Online
Kata orang bijak, ada dua hal yang akan sulit ditemukan di akhir zaman. Yaitu, penghasilan yang halal dan sahabat sejati. Lantai siapa sahabat sejati bagi manusia kala berada di dunia?
 
KH Abdul Kholiq Hasan mengemukaan bahwa setidaknya ada empat sahabat sejati yang layak terus diandalkan dalam suasana apapun. Keempatnya adalah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, orang tua dan guru.
 
“Kawan sejati adalah yang tetap menjadikan kita sebagai sahabat kendatipun yang bersangkutan tahu kekurangan kita,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Jumat (26/7).
 
Menurut kiai yang baru saja meraih gelar doktor di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut, Allah sangat tahu bahwa manusia tidak taat. “Kita ini adalah di antara makhluk yang susah diatur. Disuruh ke barat, malah kita pergi ke timur.  Demikian juga disuruh ke timur malah ke selatan,” jelasnya. 
 
Allah SWT sangat tahun akan aib dan kekurangan ajaran dan dosa manusia. “Akan tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kita,” sergahnya. 
 
Sahabat sejati kedua adalah Rasulullah SAW. “Rasulullah tahu bahwa kita adalah umatnya yang sembrono. Ibadah dan syahwat kita sembrono, namun demikian beliau selalu bersama kita,” ungkapnya. 
 
Yang istimewa, setiap Nabi Muhammad diundang lewat pembacaan shalawat selalu datang. “Bahkan akan memperjuangkan nasib umatnya kelak di hari kiamat, meskipun kita termasuk umatnya yang kurang bershalawat,” jelas Gus Kholiq, sapaan akrabnya.
 
Sedangkan sahabat sejati ketiga adalah orang tua. 
 
“Sekalipun ayah dan ibu tahu bahwa kita adalah anaknya yang nakal, demikian pula kendati betapa banyak kekurangajaran anak, namun orang tua tidak akan pernah lelah mendoakan anaknya,” katanya. 
 
Dan yang terakhir, sahabat yang tidak boleh putus berhubungan baik dan mendekat dengannya adalah guru. “Kita ditakdir bertemu dengan guru adalah nikmat yang mahal. Karenanya jangan pernah lepas dari guru kita walaupun mereka telah meninggal sekalipun,” ungkapnya.
 
Dengan sejumlah kelebihan tersebut, maka manusia seharusnya lebih selektif lagi dalam memilih sahabat dalam hidup. “Inilah sahabat terbaik yang layak dijadikan pendamping dalam perjalanan hidup kita,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)