Daerah

Diskusi NKRI vs Khilafah, PMII Bandung Ingatkan Ancaman Indonesia

NU Online  ·  Kamis, 20 April 2017 | 06:06 WIB

Bandung, NU Online
Untuk memperkokoh jiwa kebangsaan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah maraknya gerakan anti Pancasila, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bandung menggelar Diskusi Publik yang bertajuk “NKRI Vs Khilafah” di SMK Medika Kota Bandung, Rabu (19/4) siang.

Sebagai pemateri dari kalangan Islam Aswaja, KH Dasuki menegaskan bahwa Pancasila dan NKRI sudah menjadi perjanjian kebangsaan, dan yang melakukannya tidak sedikit perwakilan dari ulama muslim dan nonmuslim, bahkan yang berbeda suku bangsa dan yang lainnya. 

“Kalau ada kelompok yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa ini seharusnya pemerintah tegas untuk menyelesaikannya, sehingga tidak akan terjadi konflik horizontal,” tegas alumni PMII Kota Bandung itu dihadapan puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi.

Senada dengan Kiai Dasuki, alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Harjoko S menilai Pancasila sudah cocok untuk bangsa Indonesia. “NKRI adalah harga mati yang harus dipertahankan oleh seluruh rakyat Indonesia,” terang Harjoko.

Sementara itu, Ayik Heryansyah seorang mantan ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memandang bahwa khilafah itu tidak perlu diperebutkan. Khilafah yang sesungguhnya yaitu pada zaman Abu Bakar sampai zaman Ali Bin Abi Thalib.

“Sedangkan Khilafah HTI saat ini dikategorikan sebagai siyasah, bukan akidah, sehingga tidak bisa disebut HTI kafir. Kalau di anggap HTI bertentangan dengan negara disebutnya Bughat yaitu memberontak terhadap negara,” simpul pria yang akrab disapa Ustad Ayik. 

Ketua pelaksana Junen Hudaya mengatakan bangsa Indonesia sudah selesai membicarakan NKRI, karena Indonesia berdiri dari suku bangsa yang berbeda-beda, bahasa yang berbeda-beda, bermacam keyakinan dan perbedaan yang lainnya, sehingga NKRI dipandang sangat ideal.

“Setelah diskusi ini saya ingin meyakinkankan kalau sistem khilafah itu cocok atau tidak ditegakkan di Indonesia. Dan semua elemen masyarakat tahu kalau khilafah adalah ancaman untuk bangsa ini. Semoga semua elemen masyarakat melek akan kondisi bangsa saat ini, terutama mahasiswa,” harap Junen. (M. Zidni Nafi’/Fathoni)