Daerah HARLAH IPNU KE-63

Doyok: IPNU adalah Jiwa Saya!

Sab, 18 Februari 2017 | 06:45 WIB

Doyok: IPNU adalah Jiwa Saya!

Doyok (berbatik) di pembukaan Porsema Maarif NU beberapa waktu lalu

Puworejo, NU Online
Bagi pelajar NU di Purworejo dan komunitas NU Backpacker, sudah tak asing lagi dengan cowok satu ini. Nama lengkapnya Muhammad Hidayatullah. Namun ia lebih dikenal luas dengan nama bekennya: Mbah Doyok.

Ia terlahir di kawasan santri di komplek pesantren An-Nur dan Al-Anwar Maron, Loano, Purworejo. Di sanalah ia belajar Islam dasar di pesantren yang diasuh keluarganya. Kemudian, semenjak lulus SMA, ia mengenal Ikatan Pelajar NU dan garis hidupnya sedikit berubah.

Karir organisasinya menanjak semenjak cowok yang hobi nge-disain dan utak-utek komputer ini menjadi Ketua PAC IPNU Loano. Sambil tetap ngaji dan berorganisasi, ia membuka jasa desain. “Omsetku waktu itu lumayan, sehari bisa mencapai 100-200 ribu,” ungkapnya, kepada NU Online di Sekretariat PC IPNU Purworejo, kamis (17/2).

Seiring dengan waktu, ia menjalankan organisasi sambil menemukan dunia baru, mendaki gunung. Ia kerap kali mendaki gunung bersama teman-temannya. “Otak ini rasanya fresh tiap kali mendaki,” terang Doyok.

Di Loano dianggap berhasil menjalankan roda organisasi, beberapa teman-temannya mendaulatnya maju menjadi ketua IPNU Cabang Purworejo. “Waktu itu Loano memang semangat luar biasa. Untuk menghadiri harlah saja, dulu kita menerjukan satu bus besar dan puluhan motor,” kenangnya.

Pada Konferensi Cabang tahun 2015, ia didaulat menjadi ketua IPNU Cabang Purworejo. Seperti dunianya - dunia desain dan teknologi-Informasi– ia menampilkan IPNU secara fresh dan muda. “Kita juga rajin pendekatan dengan berbagai komunitas.” Ungkap Doyok.

Pada Muktamar NU Jombang tahun 2015, Doyok –bersama rekan-rekannya– juga menginisasi sebuah komunitas bernama NU Backpacker. Komunitas ini kini memiliki ratusan anggota yang tersebar di berbagai daerah, bahkan termasuk luar negeri.

“NU Backpacker ingin menampilkan NU secara muda, elegan dan kekinian,” ungkapnya. “Kegiatannya juga variatif, mulai dari mendaki gunung,  jelajah alam, ziarah, sowan ulama, sampai napak tilas sejarah. Pokoknya yang kaitannnya dengan jalan-jalan,” imbuhnya.

Bagi Doyok, menjadi aktivis IPNU adalah sebuah kebanggaan. Sampai-sampai, untuk fokus mengurus organisasi, tokonya yang sudah membuatnya mapan, ditutup. “Kesibukan di IPNU belum memungkinkan saya mendua. Tapi saya bangga, karena IPNU sudah menjadi jiwa saya,” ungkapnya.

Pada Konferensi Wilayah IPNU Jawa Tengah di Brebes akhir tahun lalu, ia menyutradarai film pendek berjudul “unlimitime” dan menyabet juara satu. “Film ini mengangkat sisi lain aktivis-aktivis IPNU dan IPPNU. Pesannya, kesibukan tak dapat dijadikan alasan tak aktif di organisasi,” aku Doyok.

Kini, cowok yang baru merayakan ulang tahun pada 10 Februari lalu ini dipercaya menjadi wakil ketua bidang infokom PW IPNU Jawa Tengah (2016-2019). Dibawah tangan dinginnya – beserta tim tentunya – ia akan segera meluncurkan database dan administrasi organisasi berbasis IT. “Kita juga sudah ada tim cyber di 36 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang siap membuat IPNU mengudara,” katanya.

Dengan program itu, ia berharap data anggota, potensi serta surat-menyurat organisasi dapat di kelola secara rapih dan sistematis. Juga, organisasi NU yang terkesan tradisionalis dapat dikemas secara modern, muda dan menggauli jaman. Dengan demikian, katanya, para pemuda-pemudi merasa nyaman dan pede bergabung di IPNU.

Di tengah kesibukannya mengurus organisasi, ia masih menerima berkah orderan secara pribadi, yang banyak digunakan untuk menopang kegiatan di IPNU. 

“Banyak yang meminta dibikinkan desain, undangan, kaos dan website, baik dari pribadi, lembaga swasta bahkan pemerintah,” ungkapnya. Bahkan menurutnya, sejak bergabung di IPNU ia semakin memiliki banyak ide-ide menarik. “Saya mendapatkan banyak teman, jaringan dan ide-ide nyeleneh yang bisa saya gunakan nanti. Kita tunggu saja hehe,” tukasnya.

Menjelang Harlah IPNU pada 24 Februari 2017 ini, Doyok berharap IPNU semakin dirasakan manfaatnya oleh para kader. Ia juga ingin ekspektasi yang lebih, IPNU diterima di kalangan pelajar dan pemuda secara umum, dengan program-program yang kekinian. “Pinginnya, kalau seorang pemuda belum gabung di IPNU ia merasa belum keren!” pungkasnya sambil tertawa. (Ahmad Naufa/Abdullah Alawi)