Daerah MULUDAN

Dua Kenikmatan Paling Agung bagi Tiap Muslim

Ahad, 18 Januari 2015 | 14:13 WIB

Kudus, NU Online
Kiai muda Sih Karyadi memaparkan dua kenikmatan paling utama pada setiap muslim. Menurut dia, nikmat yang pertama pertama adalah keberadaan manusia yang tanpa meminta kemudian diwujudkan Allah di dunia. Kenikmatan pertama ini tiada lain karena nur Muhammad SAW.
<>
“Melalui Hadits Qudsi, Allah berfirman bahwa kalau bukan karena Kanjeng nabi, maka cakrawala semesta tidak akan pernah diciptakan, termasuk kita manusia,” terangnya pada peringatan Maulid Nabi yang diadakan di kediaman Ketua Cabang Ikatan Pelajar Putri NU Kabupaten Kudus di Desa Jurang Kecamatan Gebog, Kudus, pada Jum’at (16/01) bersama Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Desa Jurang.

Menurut dia, itu rahmatan lil ‘alamin. Kanjeng Nabi menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak peduli muslim maupun kafir, semua mendapat percikan rahmatnya. Allah menciptakan dunia bukan sebatas untuk orang muslim saja, melainkan orang kafir. Muslim dan kafir sama-sama diciptakan, sama-sama mendapatkan tempat.

Nikmat kedua, kata alumni Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar NU (PAC IPNU) Kecamatan Gebog, Kudus dia, yakni nikmatul iman wal islam. Nikmat ini tak kalah agung dari nikmat yang pertama. Allah menjadikan hati kita memperoleh hidayah bahkan sejak kita terlahir ke dunia. Memiliki keluarga yang muslim adalah anugerah, sehingga mendapatkan pendidikan keimanan dan keislaman.

Rasulullah datang membawa rahmat, dan kedua nikmat di atas adalah nikmat yang paling agung yang harus disyukuri. Tentu dengan menjalani hidup yang penuh ketakwaan dan kebahagiaan.

“Kita harus berbahagia, karena nikmat tersebut. Menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, di antaranya adalah dengan cara ikut serta merayakan peringatan Maulid Nabi seperti sekarang ini,” terangnya.

Hadir juga peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro. Salah satu peserta KKN, Irwan yang berasal dari Banjarmasin, memperkenalkan maulid Habsyi yang di daerah Jawa biasa disebut maulid Al Banjari. “Maulid Habsyi sering juga dinamai dengan maulid Al Banjari di daerah Jawa,” kata Irwan.

Berbicara mengenai selawat maulid, di Kudus sendiri terdapat bermacam jenisnya yang sering dilantunkan. Di antaranya, selawat Muludan Jawan Mbah Syarif Padurenan, Muludan Jawan Mbah Ma’ruf Irsyad, Maulid Dziba’, Barzanji, Maulid Simtud Durar, dan Dalail Khairat. Jika Dalail Khairat di Kudus disebarluaskan oleh KH. Ahmad Basyir, maka Maulid Habsyi disebarluaskan oleh KH. Abdul Ghani.

“Maulid Habsyi disebarluaskan oleh KH. Abdul Ghoni atau Guru Sekumpul. Beliau berguru kepada KH. Syarwani Abdan Bangil,” lanjut Irwan.

Acara yang diiringi dengan tabuhan rebana itu ditutup dengan pelantunan selawat khas Kudus, yakni selawat Asnawiyyah, karangan KH. Raden Asnawi. (Istahiyyah/Abdullah Alawi)