Daerah

Fokus Administrasi, Guru Sekadar Gugurkan Tugas

Sen, 25 November 2019 | 04:30 WIB

Fokus Administrasi, Guru Sekadar Gugurkan Tugas

Suwarno, Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Pringsewu, Lampung (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online

Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Pringsewu, Lampung, Suwarno sangat sepakat dengan apa yang ditegaskan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dalam sambutan Hari Guru 2019 yang menyebutkan bahwa saat ini guru terbebani dan terkekang dengan urusan administrasi dibanding mengajar.

 

Menurut Suwarno, hampir setiap saat para guru harus mengurusi berbagai macam berkas-berkas yang sangat rumit dan tidak begitu menyentuh esensi dari tugasnya. Kondisi ini menyebabkan kreativitas guru tidak berkembang. Mereka cenderung menunggu perintah dalam bekerja.

 

"Yang mereka fokuskan bukan esensi tugas yakni mengajar, tapi lebih fokus pada pelaporan tugas. Jadi guru hanya sebatas menggugurkan tugas," ungkapnya saat dihubungi NU Online, Senin (25/11).

 

Ia pun mendukung Menteri Nadiem dalam mengatasi kondisi sebagaimana kegundahan yang dicurahkannya di Hari Guru 2019. Ia berharap urusan administrasi yang membebani selama ini mampu disederhanakan melalui metode dan kebijakan yang tepat tanpa mengurangi tujuan dari mengajar.

 

"Sekarang ini untuk penilaian saja, guru sudah dibebani dengan berbagai macam instrumen. Instrumen ini digunakan untuk persiswa. Bayangkan jika guru mengajar 100 orang, berapa waktu yang dihabiskan untuk membereskan urusan administrasi nilai saja. Belum administrasi lainnya," tegasnya.

 

Belum lagi terkait dengan kurikulum, Suwarno berharap menteri melakukan perombakan dengan mempertimbangkan antara teori dan fakta di lapangan. "Secara teori, bagus menilai siswa dari berbagai sisi aspek. Namun nyatanya sekarang, guru dibingungkan karena saking banyaknya unsur penilaian. Sehingga nilainya pun asal-asalan," ungkapnya.

 

Belum lagi terkait materi setiap mata pelajaran yang setiap tahunnya selalu berganti-ganti. Ini menyebabkan guru tidak fokus dalam menyampaikan materi. Terkadang ditemui apa yang diajarkan ternyata tidak muncul dalam eveluasi.

 

"Katanya materi pelajaran diserahkan kepada guru. Tapi ternyata ujian semester misalnya, dibarengkan. Yang membuat soal bukan ia sendiri. Jadi ada missmatch (ketidaksesuaian) di sini. Harusnya guru itu yang mengajar, guru itu yang membuat soal dan menilainya," ungkapnya.

 

Kondisi 'terkekangnya' guru ini juga mengakibatkan sikap inisiatif dan kreativitas guru tidak berkembang. Mereka hanya menunggu perintah karena ketika akan melakukan inovasi, guru akan merasa takut menabrak peraturan.

 

"Guru pun jadi acuh untuk berinovasi. Mereka bekerja hanya sebatas formalitas saja. Selalu menunggu payung hukum. Ini ‘kan mengurangi kualitas pendidikan," tegasnya.

 

Dengan pengalaman sukses mengelola Gojek, ia berharap Nadiem mampu membuat sistem administrasi pendidikan berbasis software di Indonesia yang lebih simpel. "Kalau bisa guru sudah memiliki software online yang memudahkan tugasnya," harapnya.

 

Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Aryudi AR