Daerah KONFERWIL IPNU JATIM 2018

Fokus Empat Program, Pertanggungjawaban IPNU Jatim Diterima

Sab, 4 Agustus 2018 | 11:30 WIB

Banyuwangi, NU Online
Program kaderisasi, organisasi, administrasi dan inovasi adalah hal yang menjadi fokus bagi kepengurusan Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur. Bahkan khusus kaderisasi telah menjadi percontohan tingkat nasional.

Sejumlah prestasi tersebut disampaikan Haikal Atiq Zamzami selku Ketua PW IPNU Jatim saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban. "IPNU Jatim tetap konsisten dan komitmen sebagai ujung tombak kaderisasi di periode ini," katanya, Sabtu, (4/8).

Hal tersebut dibuktikan dengan telah dilaksanakannya Latihan Instruktur atau Latin di tiga zona selama enam bulan. "Kaderisasi merupakan visi utama sebagai dapur yang menyediakan kader NU di masa depan," ungkap Haikal. 

Bidang kedua yang menjadi fokus IPNU adalah program organisasi. Pembenahan organisasi di internal menjadi perhatian di awal periode. "Kami melakukan monitoring di beberapa pengurus harian dan pengurus," terang alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini. 

Sedangkan untuk administrasi juga tidak kalah menggembirakan. Karena bagaimanapun permasalahan administrasi sangat penting di dalam organisasi IPNU. “Beberapa cabang sangat antusias memanggil PW IPNU untuk menggelar pelatihan administrasi,” ungkapnya. 

Program keempat inilah yang menjadi pengembangan inovasi di tuhuh IPNU. Di awal kepengurusan, Haikal meluncurkan Student Research Center dan melakukan penelitian pengguna gawai di kalangan pelajar. "Beberapa tokoh mengapresiasi program ini,” katanya. Di antara mereka terdapat Kacung Marijan dari Unair, Abd A'la selaku Rektor UIN Sunan Ampel, H M Nuh selaku mantan menteri, hingga Akh Muzakki dari Dewan Pendidikan Jawa Timur, lanjutnya. 

Setahun kemudian beberapa junal Asia membaca hasil riset IPNU Jatim kemudian berlanjut ke IDB yang berpusat di Jeddah Arab Saudi. "Di sana kami diundang untuk mempresentasikan hasil riset kecil-kecilan itu dan mendapatkan apresiasi dari 56 perwakilan negara Islam," katanya di hadapan utusan Pimpinan Cabang IPNU se-Jawa Timur. 

Di tahun 2017, IPNU mampu mengukir sejarah. Yaitu memecahkan rekor dunia oleh Museum Rekor Indonesia atau Muri lewat kategori makan nasi tabeg ala santri dengan jumlah terbanyak. "Itu kami raih saat perhelatan hari santri 2017 di Nurul Jadid Paiton, Probolinggo," katanya.

Dalam perkembangan zaman ini, IPNU tidak bisa bergerak sendiri, tapi harus bergandengan tangan, berkompetisi agar mencapai tujuan dan berkolaborisasi akan lebih cepat mencapai tujuan tersebut.

Dirinya bercerita telah menggandeng IPM, PII dan IPPNU dengan membentuk poros pelajar dan membentuk rumah milenial. “Dengan berkolaborasi, kita mampu melahirkan ide kreatif," pungkas Haikal. 

Pada sesi ini, mayoritas utusan dari Pimpinan Cabang IPNU se-Jatim dapat menerima khidmat yang telah dilakukan kepengurusan tiga tahun terakhir. (Rof Maulana/Ibnu Nawawi)