Daerah

Gelar Halaqah Maulidurrasul, UIM Makassar Kaji Kitab Barzanji

Sen, 3 Desember 2018 | 15:30 WIB

Gelar Halaqah Maulidurrasul, UIM Makassar Kaji Kitab Barzanji

Halaqah Maulidurrasul, UIM makassar, Sulsel

Makassar, NU Online
Kegiatan halaqah yang dihelat Universitas Islam Makassar (UIM) Resmi dibuka oleg Rektor dengan bertema Barzanji dalam Berbagai Dimensi menghadirkan tiga pemateri Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan KH Hamzah Harun Al Rasyid membawakan materi Barzanji dalam perspektif Syariah.

Selain Ketua PWNU, ada Dekan Fakultas Agama Islam UIM KH Ruslan Wahab dengan tema Barzanji dalam perspektif Spritual, dan Pimpinan Pesantren Annahdlah Makassar KH Afifuddin Harisah dengan tema Barzanji dalam perspektif Sejarah.

Kegiatan ini diadakan atas kerjasama PWNU Sulsel, Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar, dan Muslimat NU Sulsel, pada Senin (3/12) di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM.

Dalam paparannya, Ketua PWNU Sulsel mengungkapkan, dalam term umat Islam dewasa ini terbagi atas tiga corak pemikiran, yakni Musyaddid atau radikal yakni corak pemikiran yang sempit, Almutasyaffid atau liberal yakni corak pemikiran yang terlalu bebas dan yang ketiga ada corak pemikiran Wasathiyah atau yang dikenal dengan Islam moderat. 

"Terkait dengan Kitab Barzanji apa yang ada di dalamnya tidak wajib untuk ditiru, tetapi diupayakan untuk meniru akhlak Rasulullah, mengandung nilai-nilai sejarah Rasulullah, di mana mempelajari sejarah sebuah keharusan, yang di dalamnya banyak mengandung hikmah," ungkapnya. 

Tak hanya itu, dalam kitab Barzanji diungkap kepribadian Rasulullah, di dalamnya termuat berbagai Shalawat, padahal bershalawat wajib atau perintah bagi hambanya sebagaimana dalam Alquran Al-Ahzab: 56, jadi membaca kita Barzanji sama halnya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW karena sesuai dengan tuntunan Syariah.  

Dekan Fakultas Agama Islam UIM KH Ruslan Wahab mengungkapkan, dalam kitab Barzanji disebut silsilah keturunan Muhammad dari sisi biologis, di mana keturunannya sangat mulia.

"Namun mengenal Nabi Muhammad tidak sebatas secara biologis, karena tidak akan ada yang lebih mulia daripada Abu Lahab dan Abu Jahal, olehnya itu pengenalan Nabi Muhammad tidak hanya sebatas biologis atau bahkan dari sisi akademik tetapi pengenalan yang lebih mendalam adalah dari sisi spiritual," tandasnya.

Oleh karena itu, menurut Kiai Ruslan, membaca Barzanji merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan kepada Nabi Muhammad SAW, bagaimana memperoleh berkah dari Nabi, harus melalui cinta, bagaimana mencintai Nabi, jawabannya sejauh mana anda mengetahui akhlak nabi dan mengamalkannya.  

Sementara itu, KH Afifuddin Harisah mengungkapkan, banyak orang yang anti terhadap tradisi Islam Nusantara atau Islam Aswaja padahal tidak paham sejarah, orang seperti ini pintar berpendapat tetapi tidak paham sejarah.

Banyak orang yang membid'ahkan barzanji dan maulid, karena menurutnya membaca barzanji tidak dicontohkan oleh Nabi, sahabat, tabi'in, dan tabi' tabi'in, dari sisi sejarah itu benar karena kelahiran kitab Barzanji jauh setelah wafatnya Nabi, tetapi kitab Barzanji banyak memuat Shalawat, bukankah membaca Shalawat adalah perintah dari Allah ?

Kitab Barzanji bukanlah kitab suci, kitab Barzanji merupakan kitab sastra untuk menggambarkan akhlak Nabi dan tidak ada nilainya kesakralannya, tetapi kitab Barzanji memuat banyak shalawat sehingga membacanyapun mendapatkan pahala. (Andy Muhammad Idris/Muiz)