Daerah

Geliat Fatayat NU di Kawasan Pulau Sapudi Sumenep

Kam, 7 November 2019 | 00:00 WIB

Geliat Fatayat NU di Kawasan Pulau Sapudi Sumenep

Aktivis dan kader PAC Fatayat NU Nonggunung, Pulau Sapudi, Sumenep. (Foto: NU Online/Zainul H)

Sumenep, NU Online
Tidak mudah menggerakkan organisasi di kawasan kepulauan, apalagi yang melibatkan perempuan. Tantangan yang dihadapi demikian beragam. Dari mulai kondisi alam, keberadaan perempuan yang dikesankan sebagai kalangan kelas ke sekian, serta tentu saja pendanaan dan sejenisnya. 
 
Namun kondisi ini dapat dilewati dengan mulus oleh para aktivis Fatayat Nahdlatul Ulama di kawasan Kepulauan Sapudi, Sumenep, Jawa Timur. Berbekal pendekatan yang menyentuh, akhirnya kegiatan rutin  dapat dilangsungkan dengan aneka aktivitas yang bermanfaat.
 
Hal tersebut dapat dilihat dari pertemuan rutin bulanan yang dilaksanakan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Nonggunong, Pulau Sapudi, Sumenep, Rabu (6/11).
 
Peserta kegiatan ini adalah dari  PAC Fatayat NU Nonggunong, pimpinan ranting dan sejumlah kader Fatayat NU se-Kecamatan Nonggunong dengan menghadirkan Ny Hj Zainab Ali Hisyam sebagai penceramah.
 
Kegiatan yang berlangsung usai shalat Dhuhur hingga Ashar tersebut bertempat di kediaman Murtafi'ah yakni di Desa Somber, Kecamatan Nonggunong Pulau Sapudi.
Seperti umumnya kegiatan NU, pada acara diawali dengan pembacaan surat al-Fatihah. Lagu mars Syubbanul Wathan dan Mars Fatayat NU juga berkumandang menyibak suasana kampung. 
 
“Setelah itu dilanjutkan dengan maulidan berupa pembacaan Shalawat Nabi bersama, mauidlah hasanah serta ditutup doa hingga arisan sebagai tanda pengikat,” kata Riskiyana, Ketua PAC Fatayat NU Nonggunong.
 
Dirinya menceritakan bahwa pertemuan rutin bulanan merupakan kegiatan ajeg PAC Fatayat NU Nonggunong yang dilaksanakan setiap bulan secara bergiliran di rumah-rumah kader Fatayat NU di kawasan tersebut. 
 
“Kegiatan ini merupakan media silaturrahim dan konsolidasi antara PAC, pimpinan ranting dan kader Fatayat NU se-Kecamatan Nonggunong,” jelasnya. 
 
Untuk kegiatan, Riskiyana menjelaskan bahwa agenda meliputi  arisan, sosialisasi kebijakan organisasi, evaluasi, kajian tematik masalah NU, Fatayat dan sejenisnya.
 
“Kita sangat bersyukur kepada Allah SWT karena pada pertemuan rutin bulanan kali ini yang momentumnya bersamaan dengan Maulid Nabi, bisa menghadirkan pembina sekaligus penasihat Fatayat NU Kabupaten Sumenep, Ny Hj Zainab Ali Hisyam,” akunya. 
 
Dalam pandangannya, kehadiran para pegiat Fatayat NU dari unsur perempuan sangatlah bermakna demi semakin menikngkatkan semangat dalam berjamiyah.
 
“Kita berharap, kehadiran Ny Hj Zainab Ali Hisyam ini bisa memotivasi untuk lebih semangat dalam berkhidmat di jamiyah Fatayat NU,” harapnya.
 
Secara lebih rinci dijelaskan bahwa program prioritas pada periode kepemimpinannya antara lain adalah pengkaderan. 
 
“Kami akan berupaya memassifkan pengkaderan di lingkungan Fatayat NU. Dengan harapan nanti akan lahir kader militan,” jelasnya. 
 
Dirinya bersama pengurus yang lain sadar bahwa tidak mudah mengajak perempuan muda untuk berkenan menyisakan waktu untuk aktif di Fatayat NU. Godaan dan tantangan yang dihadapi demikian lengkap. 
 
Karenanya, upaya menampilkan kader sebanyak mungkin demikian mendesak seiring dengan tantangan yang kian berat tersebut.
 
“Hanya dengan pengkaderan yang intensif, gairah dalam berorganisasi akan tumbuh, serta roda organisasi akan berjalan dengan baik,” tandas Riskiyana.
 
Penegasan juga disampaikan Ny Hj Zainab Ali Hisyam pada pertemuan tersebut. 
 
“Kader Fatayat NU wajib ikut pengkaderan karena ke depan, kita butuh kader militan. NU dan perangkat organisasinya akan kuat manakala ditopang dengan kader yang tangguh dan militan. Masa depan NU ada di pundak sahabat-sahabat,” tegasnya.
 
Pegiatan NU di kawasan kepulauan memang memberikan semangat lebih bagi sejumlah daerah yang segalanya terpenuhi. Kalau mereka memiliki ghirah atau semangat demikian kuat, harusnya di kawasan lain yang lebih memungkin dan segala pirantinya terpenuhi akan lebih bergairah dalam berkhidmat di NU. 
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR