Daerah

Gempa M 6,3 di Pulau Karatung Sulawesi Utara, Tidak Berpotensi Tsunami

Sel, 26 September 2023 | 09:10 WIB

Gempa M 6,3 di Pulau Karatung Sulawesi Utara, Tidak Berpotensi Tsunami

Pulau Karatung, Sulawesi Utara diguncang gempa bumi magnitudo 6,3 pada Selasa (26/9/2023) pukul 08:39 WIB (Foto: BMKG)

Jakarta, NU Online
Wilayah Pulau Karatung, Sulawesi Utara diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,3 pada Selasa (26/9/2023). Peristiwa ini dilaporkan langsung oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui sosial media, aplikasi BMKG bernama Info BMKG, dan situs web resminya.


Gempa yang terjadi pada pukul 08:39:47 WIB ini berpusat di laut, 36 kilometer Tenggara Pulau Karatung, Sulawesi Utara. Atau di titik koordinat 4.63 derajat lintang utara dan 127.38 derajat bujur Timur.


#Gempa Magnitudo: 6.3, Kedalaman: 115 km, 26 Sep 2023 08:39:47 WIB, Koordinat: 4.63 LU-127.38 BT (36 km Tenggara PULAUKARATUNG-SULUT),"demikian laporan BMKG melalui twitternya, @infoBMKG. 


Menurut hasil analisis BMKG, gempa ini tidak sampai berpotensi terjadi tsunami. 


"Tidak berpotensi tsunami #BMKG," lanjut laporan BMKG. Namun, getaran gempa dirasakan dengan skala (MMI) III - IV Talaud dan III Siau. 


BMKG juga mengajak kepada masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan adanya gempa susulan. "Hati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi," demikian saran BMKG. 


Kendati demikian, BMKG tidak melaporkan atas kemungkinan dampak yang ditimbulkan atas terjadinya gempa ini. Seperti kerusakan material dan sebagainya.


Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (BNPB), secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik.


Di bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa-Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.


Antisipasi bencana dengan tas siaga
Dalam menghadapi bencana alam, sering kali masyarakat dibuat kalang kabut. Sebab, bencana alam memang terjadi secara mendadak. Akibatnya masyarakat sering gagal menyelamatkan diri.


Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Kesiapsiagaan BNPB, Hadi Sutrisno menekankan perlunya setiap orang untuk melakukan upaya pengurangan dan pencegahan risiko bencana alam. Salah satu yang perlu dilakukan adalah dengan penyiapan tas atau ransel siaga bencana.


Adapun isi dari tas siaga bencana adalah:

1. Dokumen penting seperti Kartu Keluarga, polis asuransi, sertifikat tanah, dan surat berharga lain. Berkas tersebut disimpan dalam plastik kedap air. Hadi juga menegaskan untuk surat-surat berharga dipindai dan diunggah dalam disk penyimpanan pribadi seperti Google Drive dan iCloud.


“Hal ini bertujuan jika terjadi bencana mendadak dan jika surat fisik rusak. Surat-surat dapat diselamatkan karena ada salinan online-nya,” ujar Hadi.


2. Pembekalan seperti air minum kemasan, P3K, pakaian ganti, dan senter. Untuk makanan kemasan, dilakukan pengecekan berkala pada untuk mengetahui masa kedaluwarsa.

 

3. Uang tunai, pisau lipat, alat tulis, jas hujan, tali nilon, peta, ponsel, charger, dan power bank.