Daerah

GP Ansor di Kota Kembang Bandung Makin Diminati Anak Muda

Sen, 2 Desember 2019 | 08:28 WIB

GP Ansor di Kota Kembang Bandung Makin Diminati Anak Muda

Dan Satkorcab Banser Kota Bandung Ahmad Sanusi (berkopiah hitam) di tengah anggota Banser. (Foto: Dok. pribadi)

Bandung, NU Online
Komandan Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Satuan Kota Bandung Ahmad Sanusi 2016 bersyukur bahwa Banser di kota Bandung terus bergeliat tumbuh dan berkembang. Bahkan sekarang peminatnya berasal dari orang Bandung sendiri dan anak muda.

“Semakin dihina semakin banyak yang ingin masuk Ansor dan Banser di Bandung,” katanya kepada NU Online di kantor PCNU Kota Bandung, Jalan Sancang, Kota Bandung, Ahad (1/11).

Ia menceritakan, pada tahun-tahun sebelumnya, yang masuk Banser di kota Bandung banyak orang Jawa atau keturunan Jawa yang tinggal di Bandung. Namun, sejak tahun 2015 fenomena itu menjadi terbalik, yang berminat masuk GP Ansor dan Banser lebih banyak orang Sunda.

Selain itu, pada tahun-tahun sebelumnya rata-rata yang berminat masuk GP Ansor dan Banser berlatar belakang santri atau yang dekat kiai, sekarang kalangan umum pun mulai banyak.

“Sekarang, ada orang yang tak bisa mengaji sama sekali ingin masuk Banser, saya pernah menemuinya di pos satu pas Diklatsar,” katanya. “Anggota Banser sekarang ada yang masih kuliah, kebanyakan buruh, ada juga pedagang,” tambahnya.

Menurut pria kelahiran Cigondewah ini, GP Ansor Kota Bandung pernah vacum selama 14 tahun. Ada kepengurusan, tapi tidak berjalan dengan baik. Tujuh tahun belakangan ini, selama kepemimpinan Aa Abdul Rozak, GP Ansor kembali dibangkitkan.

“Sekarang Banser Kota Bandung memiliki 1800 anggota,” katanya.

Ketika ditanya faktor yang menyebabkan banom NU itu diminati di Kota Kembang, Ahmad Sanusi, belum bisa memastikan. Menurut dia, butuh penelitian lebih lanjut supaya tidak salah menjawab. Namun, sejak ia menjadi Satkorcab, mulai 2016, telah 7 kali melakukan penemrimaan anggota melalui pendidikan pelatihan dasar (diklatsar). Setiap diklatsar, minimal 200 orang.

Saat ini, kata dia, sekitar 180 orang yang mendaftarkan diri untuk menjadi Banser di Kota Bandung. Mereka menunggu pendaftar lain, sampai mencapai 200 peserta, baru akan dilaksanakan diklatsar.

“Mereka mendaftar, bukan kita yang mencari. Sekarang kita tak lagi mencari anggota,” katanya. “Anehnya ada anak SMA mau ikut. Ada anak kelas lima SD mau ikut. Kita bingung. Kita usir dia balik lagi. Kita laporkan kepada orang tuanya, malah mereka mengizinkan. Kan masuk Banseri itu syaratnya harus ada izin orang tua,” jelasnya.

Padahal menurut dia, masuk Banser tidak mudah. Harus mengikuti diklatsar minimal 3 hari berturut-turut. Mereka yang izin keluar terlebih dahulu dinggap mengundurkan diri.

“Sudah diceritakan syarat-syaratnya berat, tapi anger we harayang (tetap saja mau, red.),” pungkasnya.

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad