Daerah

Gus Faiz: Ujian seperti Seorang Tamu

Kam, 12 Agustus 2021 | 07:30 WIB

Gus Faiz: Ujian seperti Seorang Tamu

Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Muhammad Faiz Syukron Makmun. (Foto: NU Online/Naufa)

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Muhammad Faiz Syukron Makmun menuturkan nasihat Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam kitabnya Al-Hikam, “man lam yuqbil alallāhi bimulāthafatil ihsāni, quyyida ilaihi bisalāsilil imtihāni”. Barangsiapa yang sudah mendapatkan begitu banyak kelembutan dari nikmat dan karunia Allah, tetapi itu semua tidak menyebabkan dia tawajjuh, mendekat dan ber-taqarrub kepada Allah, maka dari kasih sayang Allah kepada orang tersebut, ia akan diseret, dijaring dan dituntun untuk mendekat kepada Allah yang mungkin dalam berbagai bentuk ujian.
 
Hal itu disampaikan Gus Faiz, sapaan akrabnya, dalam acara Jakarta Bershalawat: Khotmil Qur’an, Shalawat Nariyah dan Doa untuk Muassis NU DKI Jakarta serta Doa untuk Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat Jakarta, yang digelar secara daring, Rabu (11/8) malam.
 
“Saat menerangkan hikmah ini, guru saya dulu bertutur bahwa apa pun musibah yang datang kepada kita, ujian yang menghampiri kita di setiap persimpangan jalan hidup kita ini, itu laksana seorang tamu; dia datang ke rumah kita untuk menyampaikan kebutuhannya,” ungkap alumnus Universitas Kairo, Mesir, tersebut. 
 
Lebih lanjut, mantan Ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Madinah itu menjelaskan, kalau kita ingin tamu itu segera meninggalkan rumah kita, maka itu akan bergantung seberapa cepat kita menyelesaikan hajat dan kebutuhan sang tamu tadi.
 
Kalau ada seorang santri datang ke rumah kiai, lanjutnya, ingin mengundang kiainya pada satu majelis atau acara, sebelum sang kiai mengiyakan, memberikan jadwal, dan mengatakan: “saya akan hadir insyaallah pada tanggal sekian dan jam sekian,” maka sang santri tentu akan terus menunggu sampai hajatnya dipenuhi oleh tuan rumah. 
 
“Mudah-mudahan pandemi ini datang kepada kita seperti tamu. Secepat itu kita laksanakan apa yang menjadi hajat para tamu tersebut,” harapnya. 
 
Menurut Gus Faiz, pandemi ini mengajarkan betapa terbatasnya kemampuan manusia kalau berhadapan dengan kekuasaan Allah. Teknologi yang kita banggakan, lanjutnya, seperti sarana transportasi dan komunikasi yang memukau, menjadikan pergerakan manusia tanpa batas beberapa tahun yang lalu, itu bisa diselesaikan dan dihentikan hanya dengan pandemi; satu virus yang kecil sekali, hanya 125-150 nanometer.
 
“Itu mengajarkan kepada kita bahwa tamu ini ingin mengetuk pintu hati kita. Ayo kembali kepada Allah. Ayo perbaiki hablun minallāh dan kembali perbaiki hablun minan-nās. Secepat itu kita tersadar, secepat itu kita bertaubat, secepat itu kita mengikuti sunnatullah,” ajaknya.
 
Mantan Wakil Rais Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir itu kemudian menyampaikan apa yang harus kita kerjakan. “Di satu sisi kita mengikuti vaksin, di satu sisi kita menjaga prokes. Tapi tidak kurang pentingnya juga kita lakukan vaksinasi di hati kita dari sifat takabur, sifat sombong, dari sifat lalai, dari sifat ghaflah, untuk ingat bahwa Allah-lah pemilik alam semesta,” imbaunya.
 
Sebagai penutup pada pengajian di malam itu, Gus Faiz menyampaikan apa yang sering disampaikan oleh guru-gurunya.
 
“Bahwa apa yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah. Apa pun yang menakutkan buat kita, itu sama dengan saat kita bertemu anjing di tepi jalan. Kalau kita tidak ingin diganggu oleh anjing itu, maka cara yang paling aman adalah kita mendekat kepada pemilik anjing itu; agar pemilik anjing itu memberitahu kepada anjingnya, bahwa saya adalah temannya. Sehingga saya bisa aman dari anjing tersebut,” ungkapnya, dengan analogi.
 
Virus Corona dan apa pun yang terjadi, lanjutnya, pada akhirnya adalah milik Allah SWT. “Mudah-mudahan dengan tawassul dan wasilah kita, bershalawat, ber-taqarrub pada malam hari ini, Allah mengangkat Pandemi ini dari bumi Indonesia, dari dunia ini dan kita kembali keluar pada kehidupan yang lebih dekat kepada ridha Allah SWT,” pungkasnya.
 
Sebelum salam, Gus Faiz berdoa singkat dengan mengunduh petikan doa yang pernah dibaca oleh Ashhābul Kahfi ketika terjebak dalam gua, seperti yang diabadikan dalam Al-Qur’an: Rabbanā ātina min ladunka rahmah wa hayyilanā min amrina rasyada (QS Al-Kahfi ayat 10). Allāhumma tahrimna khaira indaka, lisyarri indana. Wallāhul muwaffiq ilā aqwamith thahrieq.
 
Kontributor: Ahmad Naufa Khoirul Faizun
Editor: Syamsul Arifin