Gus Ishom: HTI Membungkus Misi Politik dengan Dakwah
NU Online · Ahad, 25 Maret 2018 | 08:30 WIB
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin menegaskan bahwa Indonesia terlahir dari perjuangan para pejuang dan ulama Indonesia untuk menjadi wadah besar semua orang beragama. Indonesia berdiri di tengah keberagaman yang menjadi rahmat serta keniscayaan dalam kehidupan di dunia. Indonesia bukanlah negara Islam, melainkan negara bagi ummat Islam untuk hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama lain.
Hal ini ditegaskan pria yang akrab disapa Gus Ishom ini di depan warga NU Kabupaten Pringsewu saat menyampaikan materi pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Pringsewu, Lampung, Ahad (25/3).
Pada Jihad Pagi yang dihadiri oleh Bupati Pringsewu KH Sujadi, Ketua MUI pringsewu KH Hambali, dan Ketua PCNU Pringsewu H Taufiqurrahim ini, Gus Ishom mengupas tuntas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan gerakannya yang saat ini sudah dibubarkan oleh pemerintah karena membawa misi mengganti sistem pemerintahan yang sudah ada dengan sistem khilafah.
Gus Ishom mengingatkan walaupun sudah dibubarkan oleh pemerintah, namun masyarakat khususnya warga NU harus waspada dengan keberadaan HTI karena masih terindikasi melakukan gerakan-gerakan dan misi mereka dengan berbungkus dakwah.
“HTI itu bukan organisasi dakwah tapi organisasi politik. HTI membungkus misi politiknya dengan dakwah. Ideologinya Islam tapi aktifitasnya politik,” tegas Gus Ishom yang juga menjadi saksi ahli agama dalam sidang gugatan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia di Pengadilan Tata Usaha Negara.
Gus Ishom menjelaskan bahwa HTI mengusung misi mewujudkan negara Daulah Islamiyah dan tidak mengakui paham selain bersumber dari akidah Islamiyah. Menurut HTI, negara tidak boleh menggunakan paham demokrasi karena tidak bersumber dari sumber akidah Islamiyah. Pemahaman seperti ini lanjut Gus Ishom dimiliki oleh orang yang pemahaman agamanya tanggung serta berwawasan kebangsaan dan nasionalisme yang sempit.
Paham-paham trans-nasional seperti HTI inilah yang perlu diwaspadai karena berusaha mengganti asas Pancasila yang merupakan kesepakatan dan warisan para ulama Indonesia dan harus senantiasa dijaga oleh seluruh elemen bangsa Indonesia.
“Pancasila bukan agama dan tidak boleh mengagamakan Pancasila. Namun Pancasila tidak bertentangan dengan agama karena menjadi perekat kebhinekaan di Indonesia yang diambil dari nilai-nilai agama itu sendiri,” tegas Gus Ishom seraya menjelaskan bahwa hal ini sudah ditegaskan kembali oleh ulama NU pada Munas Alim Ulama di Situbondo pada 1983.
Lebih lanjut Dosen UIN Raden Intan Lampung ini menjelaskan bahwa sistem khilafah yang diusung oleh HTI sudah banyak dilarang di berbagai belahan dunia karena sudah terbukti tidak mampu membawa kemaslahatan sebagaimana yang digaungkan oleh HTI itu sendiri.
“Kemaslahatan yang digaungkan oleh HTI itu merupakan asumsi dari HTI saja. Tidak akan ada seorang khalifah yang mereka pilih yang bisa disepakati oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Tidak ada negara dan bangsa di seluruh dunia ini yang rela menyerahkan sejengkal tanah dan kedaulatannya kepada HTI,” tegasnya. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Atas Dorongan PBNU, Akan Digelar Jelajah Turots Nusantara
2
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
3
Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
4
Rais Aam Sampaikan Bias Hak dan Batil Jadi Salah Satu Pertanda Kiamat
5
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
6
I'tikaf hingga Khataman Al-Qur'an, Kebiasaan Gus Baha di Bulan Muharram
Terkini
Lihat Semua