Daerah

Gus Miftah: Bangun Masjid Penting, Memakmurkan Lebih Penting

Sel, 3 September 2019 | 08:30 WIB

Gus Miftah: Bangun Masjid Penting, Memakmurkan Lebih Penting

Gus Miftah di lapangan Ambulu, Jember, Jatim. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online 
Soal jumlah masjid bisa jadi Indonesia adalah juaranya dari semua negara di jagat dunia ini. Hampir di setiap kampung, masjid berdiri. Kegiatan pembangunan masjid nyaris tidak pernah berhenti. Hal ini bisa dilihat dari kotak amal pembangunan masjid yang tidak sulit dijumpai di sejumlah titik, di pinggir jalan, dan di mulut gang. Dan masyarakat yang berniat membangun masjid, pasti selesai.
 
“Umat Islam Indonesia memang senang bangun masjid,” kata H Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) saat memberikan tausiyah di lapangan Ambulu, Kabupaten Jember Jawa Timur, Senin (2/9) malam. Kegiatan dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1441 Hijriah.
 
Menurut kiai gaul yang suka berdawah di cafe-cafe dan mal itu, Nabi Muhammad dalam mengembangkan dakwahnya memang pertama kali yang menjadi prioritas adalah membangun masjid. Sebab, masjid merupakan pusat kekuatan umat Islam yang tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai tempat konsolidasi dan pengembangan ekonomi umat.
 
“Jadi fungsinya banyak masjid itu, dan itulah fungsi masjid di zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam,” ujarnya.
 
Gus Miftah mengaku bersyukur dengan ghirah umat Islam Indonesia yang gemar membangun masjid. Namun semangat membangun masjid harus berbanding lurus dengan semangat untuk memakmurkan masjid.
 
Dan justru yang harus dipikirkan adalah setelah membangun masjid, dalam pengertian memakmurkannya. Katanya, membangun masjid justru lebih ringan dari pada memakmurkan masjid. Sebab, membangun masjid cuma satu kali, tapi memakmurkan masjid butuh perhatian selamanya.
 
“Di indonesia, semangat untuk memakmurkan masjid masih kurang,” jelasnya.
 
Gus Miftah juga mengaku merasa heran dengan keengganan sebagian masyarakat untuk datang (memakmurkan) masjid. Sebab kondisi masjid saat ini bagus-bagus. Dulu, walaupun lantainya terdiri dari pasir, tapi semangat para sahabat untuk memakmurkan masjid luar biasa. 
 
“Mereka rajin sujud di situ, sampai-sampai dahinya hitam. Sekarang sujud di marmer, sajadah, tapi kita masih enggan di masjid,” ungkapnya.
 
Kehadiran Gus Miftah cukup menjadi perhatian masyarakat. Lapangan yang terletak di depan masjid itu, dipadati hadirin. Dan seperti biasa, dalam ceramahnya Gus Miftah kerap menyelingi dengan lagu-lagu Jawa bernada kritik sosial.
 
 
Pewarta: Aryudi AR 
Editor: Ibnu Nawawi