Internasional

Menikmati Laban dan Roti Tamis dalam Tradisi Fatrah di Masjid Nabawi

Sel, 3 September 2019 | 02:30 WIB

Menikmati Laban dan Roti Tamis dalam Tradisi Fatrah di Masjid Nabawi

Tradisi Fatrah di Masjid Nabawi Madinah. (Foto: NU Online/Faizin)

Madinah, NU Online
Waktu menunjukkan pukul 17.00 waktu Arab Saudi, Kamis (2/9) sore saat beberapa orang membawa berbagai jenis makanan dan minuman dengan kereta dorong ke dalam Masjid Nabawi Madinah. Dengan cekatan, orang-orang yang rata-rata masih muda ini mengemas makanan-makanan tersebut menjadi paket-paket untuk satu orang per paketnya.

Sebagian tampak menggelar plastik panjang (sufrah) di depan para jamaah yang sudah menduduki shaf untuk persiapan shalat Maghrib berjamaah. Plastik ini difungsikan untuk alas makanan yang nantinya akan dinikmati bersama.

Menu makanan yang akan dinikmati pada aktivitas yang dinamai Fatrah ini terdiri dari menu makanan Arab. Ada berbagai jenis kurma, teh hangat, dan air zamzam disiapkan.

Menu spesial lain yakni laban dan roti tamis. Laban adalah yogurt Arab terbuat dari susu sapi atau domba yang difermentasi. Yogurt ini dicampur dan diaduk dengan bumbu yang bernama duqqah. Duqqah merupakan kacang-kacangan, biji-bijian, dan rempah-rempah khas Arab yang ditumbuk jadi satu dengan nutrisi dan manfaat yang baik untuk kesehatan.

Menu yogurt dan duqqah nantinya akan dinikmati bersama roti tamis khas Arab yang terbuat dari gandum dengan cara dicocol. Sulit mencari makananan di Indonesia dengan rasa yogurt dicampur duqqah. Rasa masam dan manis bercampur aroma duqqah yang agak terasa seperti daun mint.

Menurut Abduh, salah satu jamaah kepada NU Online di dalam Masjid Nabawi mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis. Bukan hanya untuk yang berpuasa, menu ini disuguhkan untuk seluruh jamaah.

"Fatrah bukan hanya di Masjid Nabawi tapi juga di Masjidil Haram dan masjid-masjid di Arab Saudi," tambah Abduh yang merupakan penduduk Jeddah ini.

Fatrah ini sudah menjadi tradisi warga Arab. Makanan yang ada berasal dari para penduduk, pemilik restauran dan hotel di sekitaran Masjid Nabawi. 

Setelah menikmati menu-menu yang ada dan adzan sudah selesai, para petugas kebersihan dibantu para jamaah dengan cekatan membersihkan sisa makanan dan bekas-bekas peralatan makan. Tidak terlihat bekas-bekas makanan tercecer.

Tampak orang Arab sangat perhatian sekali dengan sisa-sisa makanan. Apalagi yang tercecer adalah roti tamis. Mereka akan segera mengambilnya untuk dikumpulkan menjadi satu.

Cukup menarik budaya makan bersama di Arab Saudi yang menurut Abduh akan lebih ramai dengan menu yang lebih variatif di bulan suci Ramadhan. Disamping membiasakan diri bersedekah, bersosialisasi, tentu Fatrah ini bisa menjadi media Arab Saudi memperkenalkan khazanah kulinernya ke penjuru dunia.

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad