Purworejo, NU Online
Sebagai organisasi yang didirikan oleh para ulama untuk menjaga tradisi Aswaja dan menentang kolonialisme asing ketika itu, NU sudah memasuki usiah hampir satu abad. Dengan segala dinamikanya, NU perlu terus dijaga dan diwariskan nilai-nilainya.
Penjagaan NU dan NKRI ini harus mulai dibangun dari keluarga dan lingkungan sekitar. Demikian disampaikan Rais Syuriyah NU Purworejo KH. Habib Hasan Agil al-Ba'abud pada Istighosah dalam rangka Harlah NU ke-94 di Aula PCNU Purworejo, Rabu (12/4).
"Soalnya banyak tokoh NU yang putra dan putrinya, atau keluarganya jebol direkrut mereka yang tak sepaham dengan NU," tegas Wan Hasan, sapaan akrabnya, di hadapan puluhan pengurus NU, lajnah dan banom, seperti GP Ansor, IPNU dan PMII tingkat cabang.
Indonesia, menurutnya, bukan negara agama, tapi bangsa yang beragama. "Masyarakat Indonesia majemuk, yang terdiri dari berbagai suku, ras dan etnis. Kebinekaan ini perlu terus kita jaga, karena kita hanya mewarisi dari apa yang diperjuangkan para pendiri negara dan pendahulu kita," terangnya.
Istighotsah bertajuk "Merawat Tradisi dan Kebudayaan sebagai Pilar Keagamaan" tersebut serentak dilakukan oleh cabang-cabang NU atas instruksi dari PWNU Jawa Tengah.
Tampak hadir beberapa kiai sepuh dari jajaran syuriah, di antaranya KH Ja'far Syamsuddin, Â KH Dawud Masykuri dan beberapa tokoh NU. Usai istighosah, acara diakhiri dengan makan bersama dalam sebuah nampan sebagai wujud kebersamaan. (Ahmad Naufa/Abdullah Alawi)