Hadapi Radikalisme Agama dengan Pendekatan Dialogis
NU Online · Ahad, 29 Desember 2013 | 22:00 WIB
Kudus, NU Online
Menghadapi kelompok radikalisme agama tidak harus dengan cara kekerasan, melainkan pendekatan dialogis. Dengan demikian, mereka tidak lari menjauh dari jalan yang benar.
<>
“Jangan dijauhi atau dijustifikasi sehingga mereka tidak semakin menjauh. Kita harus mendekati dan selalu mengajak diskusi tentang ajaran-ajaran yang benar.”
Hal itu dikemukakan Lukman Hakim pada seminar bertema Penguatan Islam Toleran, Menepis Radikalisme. Kegiatan tersebut diselenggarakan Lembaga Pusat Kajian Multikultural (PUSAKA) di Aula Balai Desa Rendeng Kudus, Jawa Tengah, pada Sabtu (28/12).
Lukman menyatakan ideologi radikalisme telah menjadi bahaya laten yang mengancam bangsa Indonesia. Oleh karenanya semua komponen bangsa harus bersinergi melakukan upaya deradikalisasi secara menyeluruh bukan hanya terhadap penganutnya semata.
“Deradikalisasi harus terus digiatkan, tidak hanya disuarakan. Tetapi harus melalui pendekatan bil hikmah wal mauidhotil hasanah wajadilhum billati hiya ahsan,” ujar Lukman yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Tani Nusantara (Astanu).
Idoologi radikalisme agama, papar Lukman, akan lebih mudah merasuki jiwa masyarakat labil. Hal ini menunjukkan adanya kondisi sosial yang bermasalah dalam masyarakat yang disebabkan oleh kesenjangan sosial, ketidakadilan, kemiskinan maupun frustasi sosial yang komplek.
“Pelumpuhan ideologi ini harus dilakukan dimulai dari lingkup keluarga, lembaga pemerintaah, ormas agama dan lembaga pendidikan harus bersatu padu,” tegasnya lagi.
Peran pemerintah, kata dia, mempunyai tanggung jawab membasmi tindakan radikalisme dengan cara menegakkan kepastian hukum. Diantaranya menghukum siapa saja yang bertendak kekerasan dan perusakan. “Negara mempunyai tugas melindungi segenap warga negara Indonesia tidak memandang mayoritas maupun minoritas,” tandas Lukman.
Disamping itu, tokoh agama harus berperan aktif dalam memberikan penafsiran ajaran agama yang baik. Sebab, radikalisme yang berkembang akhir-akhir ini ditengarai juga adanya salah penafsiran terhadap ajaran agama tertentu.
“Tokoh agama harus bisa mengajarkan agama dengan baik seperti menumbuhkan semangat perdamaian, budaya saling menghormati adanya perbedaan agama dan cinta tanah air,” ajaknya. (Qomarul Adib/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
5
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
6
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
Terkini
Lihat Semua