Daerah

Hafal Al-Qur’an Sejak Usia 14 Tahun

NU Online  ·  Jumat, 18 Juli 2014 | 03:08 WIB

Probolinggo, NU Online
Tidak banyak orang yang berhasil menghafal Al-Qur’an pada usia 14 tahun. Tetapi Manzilur Rohman, warga Desa Jorongan Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo mampu melakukan hal tersebut. Lajang kelahiran, 25 Juli 1989 ini pun mendapatkan berkah Al-Qur’an dengan kuliah S-1 tanpa biaya. Kini dia tengah mengikuti seleksi S-2 di Kairo, Mesir.
<>
Kepada NU Online, Manzil bercerita pengalamannya menghafal Al-Qur’an 30 juz. Sebelum hafal Al-Qur’an, ia menempuh pendidikan di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) Toyyib Hasyim. Lulus tahun 2011, Manzil yang saat itu masih berusia 11 tahun termotivasi menghafal kitab suci umat Islam tersebut. Orang tuanyapun mendukung penuh niat mulia putranya itu.

Niat itu bersamaan dengan tawaran dari orang tuanya, Mashud-Marhumah untuk mondok. Putra pertama ini tentu tidak menolak tawaran orang tuanya. “Bagi saya itu bukan tawaran, tetapi perintah yang wajib saya laksanakan. Sayapun mengiyakan meski tidak tahu akan dimondokkan kemana,” ungkapnya, Kamis (17/7).

Ternyata orang tuanya memondokkan Manzil di pesantren yang memang fokus pada ilmu Al-Qur’an yakni Pesantren Babus Salam, Malang. Jadilah Manzil mondok di Malang. Ketika mengisi formulir pendaftaran, Manzil harus memilih konsentrasi pendidikan yang tertera. Iapun memilih pendidikan konsentrasi menghafal Al-Qur’an. “Rasanya jauh lebih mudah menghafal,” jelasnya.

Di hari pertama, ia di tes membaca Al-Qur’an sebagai persyaratan awal. Dalam tes tersebut Manzil mengeluarkan kemampuannya untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang sudah dia hafal. “Saya dianggap bisa membaca Al-Qur’an ketika tes. Sehingga saya diterima di kelas menghafal,” tambahnya.

Di hari pertama pula ia mulai menghafal Al-Qur’an. Pekan pertama, Manzil diminta menghafal Surat Al Fatihah dan Al-Baqarah, surat pertama dan kedua dalam juz pertama Al-Qur’an. “Satu minggu awal harus hafal. Saya mencoba, tetapi tidak bisa. Saya baru bisa hafal setelah 2 pekan,” jelasnya.

Manzil mengaku proses hafalan itu terbilang lambat. Alasannya karena dia juga menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs). “Jadi selain hafalan, saya juga sekolah. Otomatis pikiran saya pecah menjadi dua pembelajaran,” urai lelaki 3w bersaudara ini.

Tepat tiga tahun kemudian, barulah Manzil berhasil menghafal seluruh juz di Al-Qur’an. Bersamaan dengan kelulusannya dari MTs. Setelah itu, Manzil tetap mondok di pesantren tersebut dan melanjutkan pendidikan formal Madrasah Aliyah (MA). Ketika duduk di bangku MA inilah Manzil kerap turut serta di berbagai even Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), baik lokal, regional hingga nasional.

“Dua kali saya ikut MTQ Jawa Timur dan sekali nasional. Tetapi semuanya masih belum beruntung. Hafalan Al-Qur’an saya masih belum baik dan harus segera berbenah,” ungkapnya.

Ia pun terus memacu kualitas hafalannya. Tiap hari minimal 2 jam, ia membaca Al-Qur’an sekaligus memperkuat hafalan sampai ia lulus MA. Setamat MA pada tahun 2006, ia masuk ke Universitas Islam Negeri (UIN) Maulama Malik Ibrahim, Malang. Ia diterima melalui jalur beasiswa hafal Al-Qur’an.

Persyaratan untuk mendapatka beasiswa, harus menghafal 15 juz Al-Qur’an. “Saya pun diterima dan masuk tanpa bayar sedikitpun. Semuanya dibiayai kampus,” tuturnya.

Pada tahun 2012 lalu, dia pun lulus dengan Indeks Prestasi  (IP) 3,9. Predikat cum laude pun digenggamnya. Kini ia pun sedang mengikuti proses seleksi S-2 di salah satu universitas terkemuka di Kairo, Mesir. Persyaratannya minimal 25 juz.

“Sekarang sedang menunggu pengumuman. Pendaftar 100 orang sudah dinyatakan lolos tes tahap awal. Kami menunggu panggilan seleksi lagi. Tapi yang diambil hanya 10 orang. Doakan semoga saya yang kebagian jatah itu,” kata sarjana yang berencana menempuh jurusan Tafsir Al-Qur’an ini.

Sambil menunggu panggilan, Manzil mempunyai aktivitas baru. Beberapa waktu lalu, ia berkesempatan mengunjungi kediaman Opick, seniman musik religi. Pada pertemuan itu, Manzil diminta Opick untuk menjadi motivator bagi calon penghafal Al-Qur’an di sejumlah pesantren yang berkonsentrasi pada hafalan Al-Qur’an. “Sudah ada beberapa pesantren yang saya kunjungi. Alhamdulillah, ini juga merupakan bagian dari  syiar Islam,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)