Daerah

Harapan Kesejahteraan dan Tantangan Pendidikan di Hari Guru Sedunia

Rab, 5 Oktober 2022 | 10:30 WIB

Harapan Kesejahteraan dan Tantangan Pendidikan di Hari Guru Sedunia

Ilustrasi Hari Guru Sedunia.

Kudus, NU Online
5 Oktober telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Guru Sedunia. Hari yang banyak diperingati dan dirayakan di seluruh negara di dunia itu sebagai upaya mendukung guru atas profesinya yang sangat mulia.


Namun, di balik profesinya yang dimuliakan itu ternyata masih banyak harapan kesejahteraan yang belum sebanding dengan jerih payah para guru di tengah tantangan yang harus dihadapinya.


Nika Luki, salah seorang guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta di Kudus, Jawa Tengah, menuturkan bahwa guru di Indonesia dituntut untuk dapat kreatif dan inovatif. Sayangnya, usaha yang para guru lakukan dianggap remeh. Bahkan, hanya diberikan upah ala kadarnya. Wabil khusus, bagi para guru honorer.


“Guru dituntut untuk cakap melaksanakan tugasnya, mengurus administrasi yang berurusan dengan kementerian, dituntut juga untuk disiplin tepat waktu. Namun, nasib mereka masih menanti honor tiap bulan yang tidak tentu,” ungkap Nika kepada NU Online, Rabu (5/10/2022).


Padahal, menurut dia, guru memiliki peran dan tantangan yang besar dalam menghadapi generasi Z untuk memberikan filter berupa etika dan moral yang baik. Ini sangat diperlukan untuk menjaga akhlak generasi selanjutnya.


“Semoga pemerintah dapat lebih memerhatikan nasib guru, khususnya honorer yang telah berkhidmah dengan tulus. Namun, belum mendapatkan upah yang layak atas suatu profesi yang dimuliakan,” harapnya.


Hal senada diungkapkan Dayat, guru lainnya. Ia membenarkan bahwa tantangan seorang guru tidaklah mudah. Adanya kurikulum yang modern menjadi kendala tersendiri bagi guru yang tidak seluruhnya mengerti karena banyak dari mereka yang sudah tua. Tentu, ini menjadi tantangan bagi mereka untuk belajar kemajuan sistem pendidikan agar dapat mengikuti dengan baik.


“Selain itu, juga karakter anak-anak zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Zaman sekarang, anak-anak tidak dapat diperlakukan dengan keras sehingga guru harus mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan baik. Guru juga harus memahamkan siswa agar berkarakter Pancasila pula. Ini tidak mudah. Namun, guru dituntut mampu melakukan itu,” ungkap Dayat.


Honor yang layak
Menurut dia, tuntutan besar yang diemban oleh seorang guru nyatanya belum diimbangi dengan pemberian honor atau upah yang layak. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang besar kepada dunia pendidikan terkait honor layak yang seharusnya didapatkan oleh guru, khususnya guru honorer.


Salah seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Lalak, juga mengungkapkan hal yang sama. Tantangan kemajuan zaman menuntut seorang guru untuk mampu mengantarkan siswa ke ranah karakter yang religius. Sebenarnya sulit jika guru harus melakukan pembiasaan perilaku berakhlak baik kepada siswanya selama di sekolah.


“Kalau hanya menyampaikan materi pasti siswa dapat belajar sendiri melalui internet, sehingga tugas guru saat ini jauh lebih besar. Oleh sebab itu, peran guru seharusnya diapresiasi dengan baik oleh pemerintah,” ungkap Lalak.


Di samping itu, Anisa yang juga seorang guru juga merasakan tantangan besar yang dihadapi oleh guru di Indonesia. Guru harus mampu mengikuti kemajuan zaman. Namun, juga harus mampu memberikan batasan kepada siswa agar tidak termakan oleh kemajuan zaman.


“Peran guru yang luar biasa semoga dapat dihargai dan diberikan upah yang layak. Karena tanpa adanya guru kita tidak akan menjadi orang yang berhasil, sehingga perlu memberikan penghargaan yang besar bagi pahlawan tanpa tanda jasa itu,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori