Daerah HARI SANTRI 2019

Sejak Dulu Ulama Memiliki Tradisi Mengarang Kitab Aswaja

Sen, 28 Oktober 2019 | 01:00 WIB

Sejak Dulu Ulama Memiliki Tradisi Mengarang Kitab Aswaja

Kajian Aswaja dengan bedah buku di aula Pesantren Sabilul Ihsan, Teja Timur, Pamekasan, Jatim. (Foto: NU Online/panitia)

Pamekasan, NU Online
Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Pamekasan, Jawa Timur mengadakan bedah buku Ahlussunah wal Jamaah, Fikih, Landasan Amaliyah, karya dosen Aswaja Institut Pesantren KH Abdul Chalim, Mojokerto, Ustadz Yusuf Suharto. Kegiatan dilangsungkan Ahad (27/10) di aula Pesantren Sabilul Ihsan, Teja Timur, Pamekasan.
 
Peserta bedah buku terdiri dari sejumlah takmir masjid di bawah naungan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Pamekasan, badan otonom NU, dan guru-guru di bawah naungan Pesantren Sabilul Ihsan.
 
"Kami bersyukur bisa menghadirkan Gus Yusuf dalam bedah buku ini. Kami apresiasi, karena ini penting untuk membentengi tradisi masyarakat NU, sehingga mengetahui dalil-dalilnya,” kata Ketua PC LTNNU Pamekasan, KH Idris Hamid.
 
Dalam waktu dekat, pesantren dan PC LTNNU Pamekasan akan mendirikan perpustakaan untuk masyarakat.
 
"Kami akan mendirikan  Pustaka Aswaja An-Nahdliyah dalam waktu dekat ini dan dibaca di tempat," ujar KH Abdul Hamid Manan, Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan yang juga Pengasuh Pesantren Sabilul Ihsan.
 
Sementara itu, Ustadz Yusuf Suharto mengurai buku dengan tebal 207 halaman ini memuat 82 permasalahan yang kerap ditanyakan tentang amaliyah Muslim Nusantara. Antara lain tentang pelafalan niat shalat, tahlilan, keberadaan Nabi Khidir, dan dalil qunut Shubuh.
 
Diurai juga tentang sejarah penamaan dan peneguhan identitas Ahlussunah wal Jamaah dan kaitannya dengan Walisongo dan Nahdlatul Ulama. 
 
"Buku ini dipungkasi dengan hukum hormat bendera, menurut KH Bisri Syansuri, dan peneguhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai upaya final bangsa," jelas Ustadz Yusuf. 
 
Tema utama buku ini adalah  Aswaja, manhaj, dan Nahdlatul Ulama. Ada juga tradisi dalam shalat, tradisi dalam Ramadhan, dunia tasawuf, ragam masalah, tradisi dalam haji. Juga sekitar kematian, alam kubur, ibadah Jumat, ngalap berkah atau tabarruk hingga wawasan kebangsaan.
 
"Buku ini adalah ikhtiar sosialisasi terus menerus landasan amaliah yang ditradisikan Muslim Aswaja. Dan buku ini hanya pelanjut dari buku-buku sebelumnya, misalnya karya KH Sirajuddin Abbas, KH Muhyiddin Abdus Shomad, Kiai Makruf Khozin.
Demikianlah, buku buku para ulama ini saling terkait,” terang pengajar di Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang ini.
 
Menurut Ustadz Yusuf, sejak dulu para kiai telah mentradisikan membuat buku atau kitab terkait Aswaja an-Nahdliyah.
 
"Kiai Hasyim Asy'ari punya misalnya Risalah Ahlussunah wal Jamaah, Kiai Makshum juga ada kitab Hujjah Ahlussunah wal Jamaah,” terangnya. Buku-buku keaswajaan harus terus diperbanyak agar semakin diketahui orang dan menjadi panduan. Karena ini punya dalilnya, tinggal sudah baca atau belum, lanjutnya.
 
"Rasulullah itu ketika menyematkan paham Islam yang selamat itu tidak hanya dengan mengikuti beliau, sebagai Rasulullah, tapi juga menyertakan para sahabatnya. Ma ana alaihi wa ashhabi yakni golongan yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku. Inilah Ahlussunah wal Jamaah,” jelasnya.
 
Terkait makna jamaah, dikemukakan oleh Syekh Abdul Qadir Jaelani yakni maksudnya mengikuti kesepakatan para sahabat pada masa Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. 
 
Khoirul Umam, pembanding bedah buku menyatakan bahwa zaman sekarang ini perlu branding yang menarik. 
 
“Contohnya, bagaimana memakai kopiah dengan logo NU itu adalah merupakan simbol milenial, atau memakai sarung itu keren. Kita branding," tandas alumni  Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama atau PKPNU ini.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR