Daerah

Harus Hati-hati Memahami Hadits Tanda Kiamat

Ahad, 15 Maret 2020 | 22:00 WIB

Harus Hati-hati Memahami Hadits Tanda Kiamat

Penulis buku 'Ahlussunah wal Jamaah, Fikih dan Landasan Amaliyah', Yusuf Suharto (kanan). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Saat ini kita hidup pada zaman pro kontra. Situasi yang terbangun membawa tantangan bagaimana kita bisa bersikap dewasa dan proposional oleh adanya perbedaan pendapat.
 
Penulis buku Ahlussunah wal Jamaah, Fikih dan Landasan Amaliyah, Yusuf Suharto mengatakan perbedaan pendapat juga muncul atas adanya hadits-hadits akhir zaman.
 
"Maka kita teladani para ulama agar hati-hati menjelaskan maksud hadits ini. Jangan sampai kita memastikan tahun kapan hari kiamat," katanya.
 
Berbicara pada diskusi bedah buku karyanya, Jumat (13/3), Yusuf Suharto menegaskan para ulama dulu, ketika menjelaskan hadits-hadits tanda kiamat menggunakan dengan bahasa ringkas. Hal itu karena sikap kehati-hatian para ulama.
 
Baca: 
 
 
 
 
"Namun jika menjelaskan permasalahan fikih maka akan detail dan luas," katanya pada diskusi yang diadakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Mercubuana, dan PMII Komisariat Unusia Jakarta.
 
"Kiamat itu ditandai dengan tanda-tanda. Ada tanda kecil kiamat dan ada tanda besar kiamat. Banyak ulama yg menyatakan bahwa datangnya Imam Mahdi adalah awal tanda  besar kiamat. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa tahun 2020 misalnya adalah tahun terjadinya kiamat," sebutnya.
 
Karena kiamat itu terjadi dengan sebelumnya ada tanda-tandanya. Imam Mahdi belum datang, tentu saja kiamatnya tidak langsung tiba-tiba tanpa kedatangan Imam Mahdi dan tanda lain.
 
"Misalnya terbitnya matahari dari barat," tegasnya.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan