Daerah

Haul Ke-93 Mbah Said Gedongan Mulai Pekan Ini, Ada Buya Syakur hingga Sujiwo Tejo

Sel, 9 Januari 2024 | 11:00 WIB

Haul Ke-93 Mbah Said Gedongan Mulai Pekan Ini, Ada Buya Syakur hingga Sujiwo Tejo

Logo Haul Ke-93 KH Muhammad Said, Pendiri Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Istimewa)

Cirebon, NU Online

Pondok Pesantren Gedongan Cirebon, Jawa Barat menggelar peringatan Haul Ke-93 Mbah KH Muhammad Said pada Sabtu (20/1/2024) mendatang. Kegiatan ini mengangkat tema "Pesantren Keberagaman dan Kebersamaan dalam bingkai NKRI Bersama Sama Menjaga Ukhuwwah Wathoniyah, Insaniah dan Islamiyyah".


Rangkaian Haul Ke-93 Mbah Said ini dimulai pada Rabu (10/1/2024) lusa dengan kegiatan Pagelaran Seni Budaya. Rencananya, kegiatan ini akan dihadiri Buya Syakur Yasin, Sujiwo Tejo, Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon, dan budayawan se-wilayah Ciayumajakuning. 


Kegiatan dilanjutkan dengan Gedongan Bersholawat pada Kamis (11/1/2023), Seminar Nasional Psikologi dan Kesehatan pada Jumat (12/1/2024), dan karnaval dan marching band competition pada Rabu (17/1/2024). 


Agenda berikutnya adalah bahtsul masail se-Jawa dan Madura serta khotmil Quran di 93 titik pada Kamis (18/1/2024), bedah buku Radikalisme di Media Sosial dan Seminar Tasawuf dan Filsafat pada Jumat (19/1/2024). Lalu puncak acara ditutup tahlil dan pengajian umum pada Sabtu (20/1/2024). 


Wakil Ketua Panitia Haul Ke-93 Mbah Said, Muhammad Idrus mengatakan bahwa haul merupakan momentum refleksi bersama untuk meneladani perjuangan yang dicontohkan oleh para sesepuh Gedongan dan Mbah Said. Pasalnya, dikatakan Idrus, buyut KH Said Aqiel Siroj, Ketua Umum PBNU 2010-2021 ini memiliki kiprah yang besar dalam perkembangan pesantren. Sebab, Mbah Said dianggap sebagai sosok yang menjadi cikal-bakal berkembangnya beberapa pesantren di Jawa, khususnya di Cirebon. 


Selain itu, menurut catatan keluarga, Mbah Said Gedongan turut aktif melawan penjajah Belanda. Diceritakan bahwa Mbah Said pernah menentang keputusan pemerintah Hindia Belanda terkait penetapan hari raya yang dinilai tidak berlandaskan rukyatul hilal. 


Tema yang diangkat juga, menurutnya, merupakan upaya pesantren untuk menjaga persaudaraan di tengah ancaman perpecahan antar umat bangsa akibat Pemilu 2024. Menurutnya, perbedaan itu bagian dari keberagaman dan sunnatullah yang harus dijaga bersama-sama. Maka dari itu dia mengajak seluruh santri untuk belajar dari Mbah Said. 


"Haul ini menjadi momentum yang pas untuk menjaga itu," katanya.