Daerah

Ini Sikap Warga NU Jember Hadapi Tahun Politik

NU Online  ·  Senin, 2 April 2018 | 11:30 WIB

Jember, NU Online
Keterlibatan warga NU dalam sebuah kontestasi politik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Ini karena warga NU merupakan mayoritas di negeri ini, termasuk di Jawa Timur. Oleh karena kedewasaan dalam berpolitik masih belum sepenuhnya dimiliki  warga NU, maka perseteruan antar warga NU kerap terjadi, penyebabnya adalah perbedaan pilihan politik.

Hal tersebut disampaikan Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan pengarahan dalam 'Turba PCNU Jember' di Masjid Annabawy, Kompleks MI Arrahim, Dusun Rayap, Desa Kemuninglor, Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur Sabtu (31/3).

“Ini yang perlu kita pikirkan bersama, kalau Pemilihan Gubernur Jawa Timur saya pikir sudah selesai, siapapun pemenangnya pasti yang dia kader NU,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, kata Gus Aab sapaan akrabnya, dalam menghadapi kontestasi politik, warga NU perlu diberi pemahaman setidaknya dengan dua sikap. Pertama, al-ittihad fil ittifaq (bersatu dalam kesepakatan). Artinya, warga NU mesti bersatu di bawah satu komando dalam menentukan pilihan politiknya. Dengan begitu, NU tidak hanya menepikan potensi konflik, tapi bersamaan dengan itu kekuatan NU akan begitu dahsyat. 

“Tapi ini kan sulit terjadi walaupun bukan suatu yang mustahil,” ucapnya.

Dikatakan, Kalau tidak bisa dengan pilihan pertama, maka ada pilihan kedua. Yaitu al-ittihad fil-ikhtilaf (bersatu dalam perbedaan). Maksudnya, warga NU tidak perlu dipaksakan untuk satu suara. Biarlah mereka menyalurkan aspirasi politiknya sesuai dengan hati nurani. Kosekuensinya adalah timbulnya perbedaan.

“Walaupn begitu kita tetap bersatu, berbeda dalam persatuan bersatu dalam perbedaan,” urainya.

Turba PCNU Jember di Masjid Annabawy adalah turba yang ke-5 sekaligus terakhir, hadir beberapa MWCNU antara lain MWCNU Jelbuk, Sukorambi, Panti, Patrang dan MWCNU Arjasa selaku tuan rumah (Aryudi Abdul Razaq/Muiz).