Daerah

Ini Tiga Manfaat Shalat Jamaah menurut Kiai Subhan Makmun

NU Online  ·  Senin, 2 April 2018 | 05:45 WIB

Tegal, NU Online
Dalam pengajian umum sebagai rangkaian dari Isra’ Mi’raj di Masjid Agung Kota Tegal, Jawa Tengah (Jateng), KH Subhan Makmun menjelaskan tiga manfaat shalat jamaah. Diharapkan para jamaah yang mendengarkan materi tersebut dapat menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah.

“Ada tiga manfaat shalat jamaah,” kata KH Subhan Makmun, Ahad (1/4). 

Ketiga manfaat shalat jamaah itu adalah membangun semangat beribadah, membentuk kesalehan anak keturunan, dan meluarkan rezeki.

Kepada para hadirin, kiai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes Jateng ini menjelaskan bahwa dengan mengistiqamahkan shalat berjamaah maka akan membangkitkan semangat seseorang untuk lebih banyak melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah. “Orang yang aktif shalat berjamaah semangat ibadahnya akan terbangun,” urai Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Sedangkan yang kedua, menurutnya shalat yang dilakukan secara berjamaah juga dapat membentuk kesalehan anak-anak keturunan pelakunya. “Bisa kita lihat, para kiai itu dalam mendidik anak-anak mereka biasa-biasa saja. Namun kelak di kemudian hari anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang pinter, berilmu, baik dan sukses,” katanya. Hal itu bisa terjadi karena barokah dari shalat jamaah yang secara istiqamah dilakukan oleh para kiai, lanjutnya.

Untuk manfaat ketiga adalah bahwa shalat berjamaah dapat melapangkan rezeki. “Orang-orang yang secara istiqamah melakukan shalat dengan berjamaah akan diberi keluasan rezeki oleh Allah,” jelasnya. 

Namun demikian Kiai Subhan juga mengingatkan, bahwa bila ada yang merasa sudah secara istiqamah melakukan shalat berjamaah namun hidupnya masih selalu susah. “Kalau merasa rezekinya masih belum lapang, maka sebaiknya orang tersebut jangan berputus asa,” ujarnya.

Dalam hal ini beliau menyinggung satu pelajaran dalam surat Al-Ankabut bahwa Allah tidak akan membiarkan seseorang menyatakan beriman tanpa diberi ujian. Menurutnya, ketika seorang hamba melakukan ketaatan, maka Allah akan mengujinya dengan berbagai permasalahan hidup. 

“Dengan ujian inilah akan diketahui apakah hamba tersebut benar-benar ikhlas melakukan ketaatan karena meyakini kebenaran ajaran Allah atau melakukannya hanya karena tujuan duniawi,” katanya.

Lebih lanjut Kiai Subhan menceritakan bahwa dirinya pernah diberi nasihat oleh salah seorang gurunya.

”Kalau kau melakukan amalan-amalan tertentu jangan tergesa-gesa mengharapkan hikmah sebelum kau melakuakan amalan itu tiga tahun lamanya,” pusannya.  (Yazid Muttaqin/Ibnu Nawawi)