Daerah

Innalillahi, Banser Tionghoa ‘Ayong’ Tutup Usia

Sab, 15 Agustus 2020 | 15:00 WIB

Innalillahi, Banser Tionghoa ‘Ayong’ Tutup Usia

Alhamrhum Lie Tjin Kiong atau Ahmad Subkhi alias Ayong (kiri). (Foto: NU Online/Rof Maulana)

Surabaya, NU Online 

Sekitar tiga tahun lalu, media sosial digegerkan oleh sebuah Kartu Tanda Anggota (KTA) Barisan Ansor Serbaguna atau Banser. Pasalnya, sang pemilik adalah pria beretnis Tionghoa.

 

KTA dengan nama Lie Tjin Kiong dengan berseragam Banser itu viral di media sosial dengan berbagai narasi. Ada yang menyebut Banser telah disusupi Warga Negara Asing asal Cina. Ada pula yang menganggap KTA itu palsu atau hoaks. 

 

Kesimpangsiuran itu pun terjawab. Karena ternyata Lie Tjin Kiong atau biasa disapa Ayong adalah benar anggota Banser. Bahkan, Ahmad Subkhi yang merupakan nama Ayong setelah memeluk Islam sudah lulus dalam Pendidikan dan Latihan Dasar atau Diklatsar Banser. 

 

Lama tidak terdengar, publik dikagetkan dengan kabar duka. Ayong, Banser Tionghoa itu telah tutup usia. Kabar itu dibenarkan Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor Tandes, Sutrabaya, Luthfi Ansori. 

 

"Iya.. benar, Lie Tjin Kiong atau Ahmad Subkhi alias Ayong telah meninggal dunia Sabtu pagi ini di RS Muji Rahayu. Jenazah dimakamkan di TPU Babat Jerawat, Tandes," ujar Lutfi, Sabtu (15/8).

 

Lutfi mengenal Ayong sebagai figur yang sederhana tapi luar biasa. Sebagai mualaf, ia tidak pernah meninggalkan shalat. Bahkan shalat lima waktu dilaksanakan tepat waktu. Meski pun sedang menjalankan usaha, kalau adzan berkumandang langsung menutup toko dan mengajak anak serta istri shalat di masjid.

 

Almarhum yang menjabat sebagai Kepala Satuan Koordinasi Kelurahan (Satkorkel) Balongsari itu memang menjalankan usaha cuci cetak foto. Usaha itu dijalankan di sebuah toko yang masih di area rumah dan merupakan warisan orang tuanya. 

 

"Beliau orang yang luar biasa, selain ibadahnya tekun,” kenangnya. 

 

Demikian pula pengabdian terhadap Ansor dan Banser sangat luar biasa yang dibuktikan dengan tidak pernah menolak tugas. Bahkan kalau ada anggota Ansor atau Banser yang cuci cetak foto di tokonya, ia gratiskan. 

 

“Ia tidak pernah mau menerima bayaran dari sahabatnya," tutur Lutfi. 

 

Almarhum meninggal dunia dalam usia 41 tahun dengan meninggalkan istri dan tiga orang putra-putri. Anak pertama baru saja melangsungkan pernikahan, sedangkan anak terakhir masih berusia tujuh tahun. 

 

"Alhamdulillah sahabat-sahabat Ansor dan Banser sempat menshalatkan, serta mengantar almarhum ke peristirahatan terakhir. Semoga almarhum husnul khatimah," pungkas Lutfi. 

 

Kontributor: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi