Daerah SUMPAH PEMUDA

IPNU-IPPNU Harus Siap Wujudkan Revolusi Mental

Sel, 28 Oktober 2014 | 06:01 WIB

Kudus, NU Online
Para kader IPNU dan IPPNU harus menegaskan kesiapannya untuk meneruskan cita-cita Kongres Pemuda 86 tahun silam. Di hari Sumpah Pemuda saatnya IPNU-IPPNU merealisasikan ungkapan Presiden Jokowi tentang Revolusi Mental.<>

“Pada intinya, yang terpenting bagi pemuda kita adalah Revolusi Mental, agar pemuda benar-benar mampu membangun diri untuk menyongsong masa depan bangsa yang cemerlang. Sebab syubbaanul yaum, adalah rijaalul ghod. (Para pemuda hari ini adalah tokoh di esok hari, red).”

Demikian disampaikan Joni Prabowo, Ketua IPNU Kudus, usai mengikuti upacara yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat di lapangan Pendopo Kabupaten, Selasa pagi (28/10).

Menurutnya, formalitas upacara penting sebagai pengingat masa lalu. “Barangkali ada sebagian pendapat bahwa agenda seremonial pemerintah yang kita ikuti ini tak begitu penting. Ini bagi mereka yang terlalu filosofis dan tak suka formalitas, serta menganggap upacara sebagai hal sia-sia tak membawa pengaruh,” katanya.

“Namun pendapat ini tak layak. Andai upacara ini sia-sia, maka begitu pula dengan ketika kita membaca maulid nabi. Itu,” tambahnya.

Joni menegaskan bahwa seremonial tak selayaknya menjadi prioritas. Sebaliknya, ia mengungkapkan bahwa  yang benar-benar dibutuhkan adalah aksi nyata.

“Bagi para pemuda, hari Sumpah Pemuda ini tak cukup sekadar diperingati melalui upacara saja. Lebih dari itu, bangsa kita sedang membutuhkan aksi yang sungguh nyata dari kita, khususnya pelajar,” tegasnya.

Ia berharap, para pelajar IPNU-IPPNU tak hanya mahir berorganisasi semata, namun juga mahir dalam kapasitas intelektualitas dan spiritualitas.

“Untuk melanjutkan cita-cita pemuda bangsa terdahulu, pelajar NU tak hanya perlu meneguhkan diri melalui keaktifan berorganisasi, yang mampu menebalkan kecerdasan sosial. Tapi pelajar dan santri NU juga wajib meraih kapasitas intelektualitas dan spiritualitas yang mumpuni.”

Intelektualitas, selain bidang keagamaan, juga diperlukan demi dapat berprestasi di kehidupan dunia. Jika spiritualitasnya juga kuat, maka intelektualitas keduniawian akhirnya akan mengarah pada cita-cita ukhrowi. Ini penting. Apa lagi, kita semakin menyatu dengan dunia internasional. Masa depan NU dan bangsa ada di tangan kita,” jelasnya. (Istahiyyah/Anam)