Jombang, NU Online
Ratusan pelajar NU se-provinsi Jawa Timur sejak Kamis-Ahad (23-26/4) berkumpul di bumi perkemahan pesantren Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang. Mereka mengikuti "Jambore Brigade Pelajar Jawa Timur" yang diinisiasi IPNU Jatim.
<>
Ketua IPNU Jatim Imam Fadli mengatakan, selama ini pendidikan formal hanya memberi ruang yang sangat sempit terhadap budaya, baik budaya lokal maupun nasional.
"Budaya sebagai materi pendidikan baru taraf kognitif, peserta didik diajari nama-nama budaya nasional, lokal, bentuk tarian, nyanyian daerah, berbagai adat di berbagai daerah, tanpa memahami makna budaya itu secara utuh," kata Imam kepada NU Online, Ahad (26/4).
Karena itu, sudah saatnya peserta didik dan masyarakat pada umumnya diberi ruang dan waktu serta sarana untuk berpartisipasi dalam pelestarian, dan pengembangan budaya di daerahnya. "Sehingga nilai budaya tidak hanya dipahami sebagai tontonan dalam berbagai festival budaya, acara seremonial, maupun tontonan dalam media elektronik," ungkapnya.
Masyarakat, sesungguhnya pemilik budaya itu. Masyarakatlah yang lebih memahami bagaimana mempertahankan dan melestarikan budayanya. Sehingga budaya akan menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat yang sama, dengan adanya pemeliharaan budaya oleh masyarakat, maka klaim oleh negara lain dengan mudah akan terpatahkan. Filter terhadap budaya asing pun juga dengan aman bisa dilakukan. "Pada gilirannya krisis budaya pun akan terhindarkan," ungkap Fadli.
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Corpss Brigade Pembangunan (CBP) IPNU Jawa Timur akhirnya tergerak hati untuk mengadakan Jambore Brigade Pelajar Jawa Timur ini," ujar Imam.
Selama kegiatan berlangsung, banyak kegiatan yang diikuti peserta. "Agenda kegiatan dalam jambore ini dibagi menjadi 3 bagian," kata Mohammad Choirunnas, selaku ketua panitia kegiatan.
Hal itu meliputi kompetisi, sosial kemasyarakatan dan skill mode. Untuk kompetetisi meliputi malam pentas seni budaya daerah Jawa Timur, best photo hunter, mading kegiatan serta tenda terbaik.
"Kegiatan juga diisi dengan sosial dan kemasyarakatan meliputi aksi donor darah serta bhakti sosial masyarakat di sekitar lokasi kemah," katanya. Untuk skill mode meliputi simulasi bencana dan kedaruratan, juga pemberian tanda keahlian khusus, lanjutnya.
Peserta Program Jambore pelajar ini adalah delegasi dari Dewan Koordinasi Cabang CBP dan KPP se-Jawa Timur dengan masing-masing DKC mengirimkan maksimal 10 orang CBP dan 10 KPP.
Selama kegiatan berlangsung, khususnya yang terkait dengan kompetisi seni budaya, setiap cabang atau DKC menampilkan 1 pertunjukan seni budaya. Mereka menampilkan seni dan budaya yang ada di daerah asal masing-masing dan dilakukan oleh kelompok.
"Para peserta dinilai dalam hal karakter budaya, keserasian dan kekompakan, kostum dan keindahan serta kreativitas," kata Mohammad Choirunnas.
Pada puncak acara, panitia mengumumkan para pemenang kompetisi pada masing-masing perlombaan. Pemenang mendapatkan hadiah berupa trofi, sertifikat, dan dana pembinaan.
Imam Fadli menegaskan, perkembangan kondisi pelajar saat ini perlu diwaspadai. Para pelajar ditengarai lebih berkiblat pada budaya luar, dari pada nilai- nilai budaya lokal.
"Apresiasi pelajar terhadap budaya bangsa perlu ditingkatkan untuk menyemai pemahaman yang lebih utuh mengenai kekakayaan dan kebudayaan Indonesia," pungkasnya. (Syaifullah/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua