Daerah

Jadikanlah Nabi Muhammad SAW sebagai Idola

Kam, 14 November 2019 | 09:00 WIB

Jadikanlah Nabi Muhammad SAW sebagai Idola

Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan tausiyah dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh keluarga besar SMPN 5 Jember di Masjid Roudhatul Muchlisin, Jember, Kamis (14/11) pagi. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Perang Salib jilid pertama tahun 1099 M. telah menyeret pasukan Islam dalam jurang kekalahan. Pasukan Islam hancur sehancur-hancurnya. Bahkan konon mayat pasukan Islam ditumpuk begitu saja, dan darah yang mengalir dari mayat-mayat tersebut, tergenang hingga mencapai setinggi lutut. Kota Yerusalem jatuh ke tangan musuh, dan Masjidil Aqsa disulap menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan.

 

Parahnya, kekalahan tersebut menjadi lonceng keputus-asaan bagi sisa-sisa pasukan Islam yang masih bisa menyelamatkan diri. Spirit mereka dan umat Islam lainnya untuk membela Islam, turun drastis mengiringi kekalahan pasukan Islam yang cukup mengerikan.

 

“Dalam kondisi yang seperti itu, datanglah seorang panglima perang dari suku Kurdi, namanya Shalahuddin Al-Ayyubi,” ujar Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan tausiyah dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh keluarga besar SMPN 5 Jember di Masjid Roudhatul Muchlisin, Jember, Kamis (14/11) pagi.

 

Menurut Gus Aab, sapaan akrabnya, Shalahuddin Al-Ayyubi adalah sosok panglima perang yang relijius dan piawai memberikan motivasi bagi pasukannya. Saat itu Shalahuddin paham bahwa pasukan Islam dan umat Islam mengalami trauma yang cukup dalam akibat kekalahan yang telah dideritanya dalam perang Salib.

 

Karena itu, tokoh yang bernama asli Yusuf bin Najmuddin tersebut, terus memberikan motivasi bagi pasukannya untuk membangkitkan semangatnya dalam membela Islam. Shalahuddin, kata Gus Aab, menggunakan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW untuk membangkitkan gelora perjuangan umat Islam guna melawan tentara Salib. Shalahuddin banyak bercerita bagaimana beratnya perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mendakwahkan Islam. Beliau tidak hanya dicaci maki, namun segala bentuk teror dan ancaman pembunuhan sudah tidak asing lagi diterima sang nabi.

 

Untuk itu, Shalahuddin juga menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi Muhammad SAW. dan puji-pujian dengan bahasa indah dan menarik sesuai sastra dan bahasa Arab. Dari sayembara itu, akhirnya pemenang diraih oleh Syaikh Ja’far Al-Barzanji. Karyanya tersebut cukup fenomenal. Dikenal dengan kitab Barzanji, yang sampai sekarang masih sering dibaca oleh kaum Muslim di seluruh dunia pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

 

Dengan motivasi kisah Nabi itu, akhirnya pasukan Islam di bawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi, bangkit, laksana singa yang siap menerkam. Dan betul dalam perang Salib jilid kedua tahun 1187-an, Shalahuddin Al-Ayyubi mampu membungkam perlawanan pasukan Salib, hingga dapat merebut Kota Yerussalem dan Masjidil Aqsha.

 

“Jadi kisah perjalanan dan perjuangan Nabi Muhammad yang diceritakan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi itulah yang membikin pasukan Islam termotivasi hingga bangkit, dan akhirnya dapat mengalahkan musuh,” urainya.

 

Gus Aab berharap agar para pelajar dan masyarakat selalu menjadikan kisah hidup Nabi Muhammad SAW sebagai uswah (teladan) dalam menjalani hidup dan memotivasi diri menuju kebaikan dan prestasi yang membanggakan.

 

“Marilah Nabi Muhammad kita jadikan idola. Kalau beliau sudah menjadi idola, maka tentu sikap dan karakternya akan mudah kita pahami dan kita tiru,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi