Daerah

Jasuli, Kader Ansor Jember Akademisi dan Perintis TPQ

Sel, 25 Agustus 2020 | 11:00 WIB

Jasuli, Kader Ansor Jember Akademisi dan Perintis TPQ

Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Jember, Jasuli (sebelah kiri) bersama KH Sholeh Ahmad, salah seorang pengelola Pesantren Sumberwringin, Jember . (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Sebab, pendidikan melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang  akan mengelola negara. Kekayaan alam juga sangat vital sebagai modal untuk dikelola demi kemajuan bangsa.

 

Namun betapapun melimpah kekayaan yang dimiliki suatu negara, tapi  jika tidak diiringi dengan kesiapan infrastruktur dan SDM yang mumpuni, serta amanah,  kekayaan alam itu tak banyak menolong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


“Sebab, kekayaan alam adalah benda tidak bergerak yang akan bermanfaat ketika dikelola dengan baik dan amanah,” ujar Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Jember, Jawa Timur, Jasuli di kediamannya, Perumahan Tegalbesar Permai 1 Jember, Selasa (25/8)


Jasuli tidak sedang berhipotesa, tapi kenyataan di banyak tempat cukup membuktikan kesahihan tesis tersebut. Bahwa kekayaan alam yang melimpah ruah hanya akan menjadi pajangan  atau bahkan bancakan jika tidak  diiringi dengan penyiapan SDM yang amanah dan memadai.


“Jadi kuncinya  adalah SDM yang mumpuni sekaligus amanah. Banyak SDM tapi tidak amanah, bahaya. Punya banyak orang amanah, tapi tidak mempunyai spesifikasi keilmuan yang dibutuhkan, juga tidak bisa,” urainya.


Jasuli lahir di Jember ketika kalender menunjuk angka 10 Agustus 1982. Bungsu tiga bersaudara dari pasangan Abdus Salam dan Misnati ini memang pecinta pendidikan.  Jenjang pendidikannya memang sealur dengan  cita-citanya. Diawali dengan menempuh pendidikan di SDN 02 Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Jember. Setelah itu, ia nyantri di Pesantren Maqnaul Ulum di desa yang sama. Di pesantren tersebut, Jasuli melanjutkan ke SMP, lalu SMA hingga lulus (2006).  


“Saya beruntung bisa masuk pesantren. Kalau Ilmu dan akhlak sudah kita punya, maka jalan hidup kita akan lurus,” tambahnya.


Bagi Jasuli, menjadi santri dan menempuh pendidikan formal di pesantren merupakan cita-cita lamanya. Sebab pesantren di samping memberikan ilmu juga mengajarkan akhlak. Selama nyantri, ia juga berhasil merintis beberapa Taman Pendikan Al-Qur’an (TPQ) di sejumlah tempat, di antaranya adalah TPQ  Darul Hikmah, Desa Sumberwaru dan TPQ Darussalam Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono.


Jasuli menilai, keberadaan TPQ teramat penting. Sebab bisa membaca Al-Qur’an adalah fondasi keimanan dan ilmu pengetahuan. Belajar membaca Al-Qur’an idealnya memang  harus dimulai sejak dini, karena lidah masih ‘suci’ sehingga mudah untuk melafalkan huruf-huruf hija’iyah.


Bukan sekadar omong, di tengah kesibukannya yang berjibun,  Jasuli hingga hari ini masih berusaha meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an di  TPQ Darussalam, Desa Sukorejo minimal dua kali dalam seminggu.


“Alhamdulillah, karena yang merintis itu saya, saya harus tanggung  jawab,” jelasnya.


Usai lulus SMA, Jasuli melanjutkan ke Universitas Islam Jember (UIJ) di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia memang memilih UIJ sebagai satu-satunya  perguruan tinggi yang ia pilih, tidak pernah berpikir untuk melanjutkan ke perguruan tinggi lain meskipun itu sangat memungkinkan.  Sebab UIJ adalah lembaga milik NU Jember. Dan ia merasa punya tanggung jawab untuk ikut membesarkan UIJ meski hanya sebagai mahasiswa (waktu itu).


Di tengah kesibukannya kuliah, Jasuli masih menyempatkan  diri untuk mengajar di SMP dan SMK Maqnaul Ulum, tempatnya ia pernah nyantri. Hal ini disebutnya sebagai  perwujudan bakti seorang santri kepada kiai  dan almamaternya.


Setelah itu, ia melanjutkan program Pascasarjana (S2) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember (STAIN) Jurusan Manajeman Pendidikan Islam, hingga lulus (2013). Semangatnya untuk menuntut ilmu, tak pernah padam. Ia kemudian mencoba ikut ujian seleksi program beasiswa 5.000 doktor yang diselenggarakan Kementrian Agama Islam Republik Indonesia dan lolos.


Kesibukan dia di dunia pendidikan tak membuatnya abai terhadap kegiatan Ansor. Sejumlah pendidikan dan latihan ke-Ansoran  telah ia ikuti. Dalam beragam kegiatan sosial Ansor, hampir dipastikan ia selalu terlibat.  Bahkan sejak tahun 2015, namanya masuk dalam daftar pengurus harian Banom NU tersebut.


Setidaknya ada tiga ‘profesi’ yang ia jalani dalam waktu yang bersamaan, yakni Dosen UIJ, pengurus harian Ansor, dan kuliah S3 di IAIN Jember. Bahkan sejak tahun 2018, Jasuli terpilih sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIJ.


Dengan perjuangan yang  panjang, akhirnya ia berhasil menuntaskan program doktornya di IAIN Jember (2020). Jasuli adalah sedikit dari kader Ansor yang  menyandang  gelar  doktor.


Bagi Jasuli, Ansor adalah tempatnya berkhidmah untuk NU di bidang sosial kemasyarakatan. Posisinya sebagai dekan, juga sebagai sarana mengabdi untuk NU di bidang pendidikan. Kendati begitu, pendidikan tetap menjadi fokus utamanya dalam  keterlibatannya membangun bangsa.


“Sebab pendidikan adalah proses yang tidak bisa ditawar untuk menuju kemajuan bangsa yang bermartabat,” pungkasnya.


Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Abdul Muiz