Daerah

Jihad Pagi Mampu Padukan Dakwah Lisan dan Teknologi

Ahad, 23 Februari 2020 | 11:00 WIB

Jihad Pagi Mampu Padukan Dakwah Lisan dan Teknologi

Ketua MUI Provinsi Lampung KH Khairuddin Tahmid. (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Berbagai bentuk dakwah bisa dilakukan setiap orang terlebih di era modern seperti sekarang ini. Masyarakat pun sudah bisa menikmati berbagai dakwah kapan pun dan di manapun melalui perkembangan teknologi. Namun, kemajuan teknologi tidak serta merta mengesampingkan pentingnya berdakwah wajhan bi wajhin (bertatap muka) yang di dalamnya terkandung keberkahan bagi da’i (pendakwah) maupun mad'u (objek dakwah).

Fenomena ini ditangkap oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pringsewu, Lampung yang memadukan keberkahan dan kemajuan teknologi dalam berdakwah sekaligus menuntut ilmu bagi umat Islam di Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis ini.

Kegiatan ini diwujudkan dalam Ngaji Ahad Pagi atau lebih dikenal dengan Jihad Pagi. Menilik kata jihad sendiri, sebagian orang mungkin mengasosiasikannya dengan aktivitas berperang penuh kekerasan. Namun, Jihad Pagi yang dilaksanakan setiap Ahad pagi di Aula Gedung NU ini merupakan majelis ilmu yang diisi berbagai disiplin ilmu agama seperti Tafsir, hadits, fikih, dan tasawuf.

Baca juga: Di Dunia, Manusia Jangan Terlalu Senang Jangan Terlalu Sedih

Dihubungi terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, KH Khairuddin, dalam tasyakuran lima tahun Jihad Pagi, yang digelar di Komplek Bendungan Way Sekampung, Pagelaran, Ahad (23/2), mempunyai pandangan tersendiri. Ia menyebut Jihad Pagi menjadi ajang silaturrahim.

"Selain itu, Jihad Pagi mampu mempertemukan berbagai elemen mulai dari masyarakat, ulama, umara dalam satu majelis ilmu yang disampaikan dengan berbagai metode seperti metode ngaji ala pesantren, diskusi, dan juga ngaji di beberapa lokasi menarik dan terbuka langsung bersentuhan dengan alam," kata Kiai Khairuddin kepada NU Online melalui ponsel, Ahad siang.

Jihad Pagi, menurutnya, bukan hanya dapat memadukan dan mengintegrasikan dakwah dengan tabligh, ceramah, atau dakwah billisan, tapi juga 'dakwah bil teknoloji. Jihad Pagi mampu memadukan pola dakwah tradisional dan dakwah milenial, modern melalui dokumentasi dalam bentuk tulisan serta audio visual yang kemudian diunggah ke dunia maya.

"Dengan metode ini, kajian Jihad Pagi tidak hanya menyentuh audiens (jamaah) yang hadir secara langsung, namun juga seluruh wargnanet bisa menikmatinya. Sehingga sasaran dakwah pun lebih luas dengan langkah publikasi baik online maupun offline," ungkapnya. 
 
 
Dengan para pemateri yang kompetens dalam bidang keilmuan agama dan berpaham Ahlussunah wal Jamaah, Jihad Pagi bisa menjadi bentuk praktik dakwah yang moderat atau wasathiyah. Hal ini penting, karena moderasi beragama menjadi hal yang perlu dipegang teguh oleh umat Islam di Indonesia, di tengah merebaknya paham intoleran transnasional yang menebar pahamnya melalui berbagai cara.

Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung ini pun menyambut positif langkah PCNU Pringsewu yang juga membukukan materi Jihad Pagi yang sudah dilaksanakan sejak 22 Februari 2015 sampai 22 Februari 2020. Buku yang sudah memiliki International Standard Book Number (ISBN) ini merupakan usaha positif untuk lebih menjangkau segmen dakwah yang lebih luas. Selain itu juga menjadi mampu referensi keilmuan agama Islam.

"MUI Lampung menyambut gembira dan mengapresiasi terbitnya buku yang memuat kompilasi materi kajian sebagai rekam jejak perjalanan Jihad Pagi selama ini. Sebagai orang yang juga pernah menjadi bagian dari Jihad Pagi dengan menjadi pemateri di beberapa pertemuan, saya mendoakan semoga buku Mutiara Hikmah Jihad Pagi membawa manfaat dan keberkahan bagi semua," katanya tentang buku yang keuntungan penjualannya diserahkan untuk Koin Muktamar ini.

"Semoga Jihad Pagi senantiasa istiqamah hingga yaumil qiyamah. Selain itu, menjadi motivator bagi majelis-majelis lain untuk senantiasa menggelar majelis ilmu. Karena menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim mulai dari ayunan sampai liang lahat," tandasnya.

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori