Daerah

Kakanwil Kemenag NTB Kagumi Pesantren NU Zainul Hafiz At Taufiqi Sekotong

Sab, 13 Februari 2021 | 12:30 WIB

Kakanwil Kemenag NTB Kagumi Pesantren NU Zainul Hafiz At Taufiqi Sekotong

Kehadiran Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi NTB, H Zaidi Abdad di Pondok Pesantren Zainul Hafiz At Taufiqi, Kamis (11/2). (Foto: Yusuf Tantowi)

Lombok Barat, NU Online

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi NTB, H Zaidi Abdad tidak menyangka di sebuah dusun terpencil, di bawah gunung kawasan Sekotong, Lombok Barat terdapat sebuah pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki luas tanah mencapai 14 hektar lebih. 

 

Memasuki kawasan pondok ini, kita memag akan disuguhi oleh suasana kampung yang berada di bawah gunung. Pohon-pohon kelapa yang tumbuh rapi ditiup angin. Puluhan bangunan berugak kayu beratap daun ilalang didirikan di halaman pondok pesantren .

 

"Sampai di sini langsung hilang lelah saya setelah melawati jalan turun naik dan berkelok untuk sampai di pondok ini. Kelelahan tadi terobati seketika," kata H Zaidi Abdad pada acara pembukaan kegiatan Pembinaan Kepala Madrasah Wilayah KKK se-Kecamatan Sekotong oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi NTB dan Sosialisasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2021, Kamis (11/2).

 
Kegiatan itu berlangsung di Pondok Pesantren Zainul Hafiz At Taufiqi, Dusun Sepi, Desa Buwun Mas, Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat. Ia mengaku tidak menyangka dan tidak pernah mendengar di kawasan Sekotong terdapat pondok pesantren NU yang bagus dan luas.

 

"Saya tak menyangka, ada pondok pesantren NU seperti ini di Sekotong. Bayangan saya tentang Sekotong itu gunung dan bekas tambang emas," katanya sambil tertawa lepas. 

 
Pondok Pesantren Zainul Hafiz At Taufiqi didirikan oleh Ustadz Sahwan, seorang SD negeri tahun 2019. Kala itu peletakan batu pertama pendirian pesantren ini dilakukan oleh Gubernur NTB, H Zulkiflimansyah dan Rais Syuriyah PW NU NTB, TGH L Badarudin Turmuzi, bulan Juli 2019.

 
Oleh pendirinya pondok ini dipersiapkan menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan kitab kuning bagi masyarakat Sekotong dan Lombok secara umum. Untuk itu pengelola pondok menggunakan metode Amsilati, sebuah metode cara cepat belajar Ilmu Nahwu (gramatikal bahasa Arab) agar cepat bisa membaca kitab kuning (kitab gundul tanpa baris) yang ditemukan oleh KH Taufiqul Hakim dari Jepara, Jawa Tengah.

 
Amsilati artinya contoh ku. Maka metode pembelajarannya banyak menggunakan contoh-contoh. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, pengelola pondok secara khusus mendatangkan uztadz atau tenaga pengajar metode Amsilati dari Jepara untuk mengajarkan kepada para santri-santriwati yang mondok.


Selain menerapkan metode amsilati, Pesantren Zainul Hafiz At Taufiqi juga mengembangkan beberapa unit usaha untuk menjadi salah satu sumber dana operasional pondok. Unit usaha yang dikelola diantaranya, budidaya burung walet, jamur dan kolam ikan.


"Saya niatkan hasil budidaya walet dan usaha-usaha lain, 50 persennya untuk keluarga dan 50 persennya untuk membiayai operasional dan pengembangan pondok," kata Ustadz Sahwan yang juga bendahara Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU Lombok Barat.  


Terkesan dengan model pengelolaan pondok ini, penataan pondok yang rapi dan bersih serta memiliki program pengembangan ekonomi produktif untuk membiayai operasional pondok, Kakanwil Kemenag NTB memilih pondok ini sebagai percontohan pengembangan madrasah di NTB.   

 

"Ke depan kita ingin pondok ini jadi pilot project pengembangan madrasah di NTB agar bisa diikuti oleh pondok atau madrasah lain," tambah Zaidi Abdad.


Para pejabat Kementrian Agama yang mendamping Kakanwil di antaranya, H Moh Ali Fikri (Kabid Madrasah), H Jalalussayuti (Kepala Kemenag Lombok Barat) dan H Nasrullah (Kasi Penmad Kemeng Lombok Barat).

 

Kontributor: Yusuf Tantowi
Editor: Kendi Setiawan