Kampus Aswaja Universitas Islam Jember: Dari NU untuk Nusantara
Sen, 28 Juni 2021 | 06:00 WIB
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Dewasa ini, radikalisme menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Walaupun organisasinya telah bubar, namun ideologinya masih tetap ada. Ia melekat dalam hati pengikutnya, dan sulit dilepaskan. Ideologi yang bersemayam dalam radikalisme cukup berbahaya karena menihilkan kebersamaan dan toleransi. Bahkan pada titik tertentu akan bermetamorfosis menjadi terorisme.
“Dalam tataran itu, maka perguruan tinggi NU (UIJ) menjadi penting sebagai lembaga penggodokan kader-kader NU yang moderat dan toleran,” ucap Sekretaris PCNU Jember, H Pujiono Abdul Hamid di kantor PCNU Jember, Jawa Timur, Senin ( 28/6).
Menurutnya, peran Universitas Islam Jember (UIJ) menjadi penting karena merupakan laboratorium Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang didesain untuk menggodok dan mencetak kader-kader NU yang intelek dan militan. Memang tidak bisa instan, tapi butuh waktu yang lama guna melahirkan kader yang andal.
“Namanya pengkaderan, ya butuh proses, tidak sekali jadi. Dan UIJ menjadi tumpuan harapan NU Jember untuk menyemai bibit-bibit NU yang tangguh sekaligus berpendidikan,” lanjutnya.
Secara terpisah, Rektor UIJ, H Abdul Hadi menyatakan kesiapan lembaganya untuk menjadi kawah candradimuka bagi militansi kader-kader NU yang intelek. Katanya, harapan para pendiri UIJ yang terdiri dari para kiai dan pengurus NU adalah agar NU Jember, melalui UIJ, bisa memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara melalui penciptaan kader-kader NU yang mumpuni.
Terkait dengan itu, lanjutnya, UIJ sudah melahirkan ribuan alumni. Mereka tersebar di sekujur pelosok tanah air dengan beragam profesi dan posisi, mulai dari hakim, jaksa, dosen, kepala Kemenag, bahkan Pangdam.
“Apapun profesinya, yang pasti mereka adalah sosok-sosok moderat dengan basis agama yang kokoh. Jadi sesuai dengan tagline UIJ: Kampus Aswaja, dari NU untuk Nusantara,” jelas Hadi.
Apa yang disampaikan Rektor UIJ bukan asal ucap, namun berangkat dari sistem pendidikan di UIJ. Untuk memperkuat jiwa Aswaja mahasiswa, UIJ mendirikan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ahlussunnah wal Jamaah (LPP Aswaja). Lembaga inilah yang menangani ke-Aswaja-an di lingkungan UIJ.
Aswaja menjadi materi dasar bagi mahasiswa semua jurusan. Materi untuk mahasiswa semester satu adalah Pengantar Aswaja. Sedangkan semester dua materinya Aswaja Nahdliyah. Setelah selesai menempuh dua materi itu, mereka wajib mengikuti Aswaja Aplikatif. Yaitu praktik keseharian amaliah NU.
Sedangkan bagi dosen dan karyawan, diwajibkan mengikuti kajian Aswaja sebulan sekali.
“Itu semua masih belum cukup, kita juga menjaga kelestarian budaya NU, misalnya cara berbicara dengan guru, cara berhadapan dengan kiai dan sebagainya,” pungkas Hadi.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Penjelasan Nuzulul Qur’an Diperingati 17 Ramadhan, Tepat pada Lailatul Qadar?
2
Hukum Shalat Tarawih Tapi Belum Shalat Isya, Penting untuk yang Suka Datang Telat
3
Syekh Wahbah Zuhaili: Ulama Produktif Abad 20 Berjuluk Imam Suyuthi
4
Hukum Jamaah dengan Imam yang Tidak Fashih Bacaan Fatihahnya
5
Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan
6
Literasi Digital NU Bali Ajak Masyarakat Tingkatkan Toleransi untuk Membangun Harmoni
Terkini
Lihat Semua