Daerah

Katib Syuriah PCNU Jember Meninggal Dunia

NU Online  ·  Kamis, 8 Maret 2007 | 06:50 WIB

Jember, NU Online
Katib Syuriah PCNU Jember KH Muhammad Hasan Mudzhar Rabu (7/3) kemarin meninggal dunia secara mendadak. Sebelum meninggal, almarhum sempat dibawa ke RSUD Dr. Subandi, namun sesaat sebelum masuk ruang UGD, Ra Hasan sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

KH Mudatsir, salah seorang keluarga almarhum menuturkan, sore kemarin menjelang shalat Ashar, Ra Hasan –panggilan akrab almarhun—tiba-tiba lemas saat berada di kamar kecil untuk berwudlu’. Oleh keluarganya, lelaki paruh baya tersebut kemudian dilarikan ke rumah sakit, namun tak tertolong. “Jadi, meniggalnya ya meninggal biasa,” tutur Kiai Mudatsir.

Dikata<>kan selama ini almarhum memang mengidap penyakit komplikasi yang meliputi kencing manis dan darah tinggi. Namun, seharian kemarin almarhum nampak segar bugar, bahkan siang harinya masih sempat menjeguk orang sakit di sebuah rumah sakit. “Tapi yang namanya ajal bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja”, katanya.

Ribuan santrinya mengiringi menuju ke peristirahatannya yang terakhir. Tampak pula melayat keluarga besar Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Sesepuh NU, KH. Khotib Umar, Ketua PCNU, KH. Muhyiddin Abdusshomad, Ketua DPC PKB, H. Miftahul Ulum, M.Si, Ketua DPRD Jember, HM. Madini Farouq dan KH. Najmuddin (mantan Ketua Dewan Syura DPC PKB).

Dalam sambutan singkatnya, KH. Khotib Umar memuji kegigihan dan keteladanan almarhum dalam mendidik santri-santrinya dan berdakwa di tengah-tengah masyarakat.  “Keteladananya perlu ditiru, dan kita doakan supaya dia mendapat ampunan dari Allah”, pinta KH. Khotib.

Almarhum, selain sebagai pengasuh pesantren Miftahul Ulum dan Katib Syuriah PCNU, juga menjadi anggota Dewan Syura DPC PKB kabinet Miftahul Ulum. Almarhum juga dikenal sebagai sosok yang bersih dan loyalis NU sejati. Bahkan ketika menjadi anggota DPRD, ia adalah satu-satunya anggota dewan yang sering mengeluh untuk cepat-cepat berhenti, karena jiwanya lebih sesuai berjuang di jalur NU. Terbukti, dalam Pemilu 2008, almarhum tak menggubris tawaran untuk men-caleg-kan lagi. “Karena beliau merasa lebih pas di NU”, tukas KH. Mudatsir (ary).