Daerah

Kecerdasan Ulama NU di Atas Rata-rata

Sel, 17 April 2018 | 02:00 WIB

Bekasi, NU Online
Ulama-ulama yang menjadi panutan dan pimpinan di Nahdlatul Ulama (NU) bukan ulama sembarangan. Yaitu ulama yang tidak terlalu normatif atau standar. Akan tetapi, tokoh pimpinan NU merupakan sosok yang memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata.

Demikian diungkapkan Sekretaris Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Jawa Barat Rizki Topananda saat menjadi narasumber diskusi pada kegiatan Ngobrol Perdalam Intelektual (Ngopi) dengan tema NU Pra-Kemerdekaan yang sebelumnya dilakukan nonton bareng (nobar) Film Sang Kiai, Ahad (15/4) malam.

Menurutnya, NU memiliki pola atau metode berpikir yang berbeda sejak dulu hingga kini. Pemikiran dan gagasan ulama NU terkadang cenderung kontroversi, sehingga membuat kebanyakan orang tidak paham, parahnya memunculkan prasangka buruk terhadap NU.

“Misal, Ketua PBNU sekarang KH Said Aqil Siroj. Beliau selama sekitar 16 tahun menimba ilmu di Timur Tengah dan mendapat julukan ‘Perpustakaan Berjalan’. Gelar doktornya atau disertasinya itu merujuk pada ratusan bahkan ribuan kitab-kitab ulama terdahulu. Beliau menguasai ilmu tasawuf, karena kuliah doktoralnya memang tentang tasawuf,” katanya.

Rizki mengungkapkan bahwa terdapat banyak ilmu yang telah dikuasai Kiai Said. Sehingga manakala berbicara mengenai NU, maka jangan berpikir bahwa ulama NU sama dengan ulama-ulama lainnya yang sangat standar keilmuannya.

“Begitu pun pemikiran dan tindakan Hadlratus Syech KH Hasyim Asy’ari yang seringkali tidak dipahami oleh awam kebanyakan,” katanya.

Pria yang pernah menjadi Ketua PC IPNU Kota Bekasi masa khidmat 2014-2016 ini mengatakan bahwa sejak dulu NU beberapa kali mendapat peran di pemerintahan. Sejalan dengan itu, banyak orang yang tidak paham dengan sepak terjang yang sedang dilakukan NU. (Aru Elgete/Muiz)