Daerah HARLAH IPNU KE-63

Ini Kenangan dan Harapan Anggota IPNU Tahun 1968

Sab, 25 Februari 2017 | 10:03 WIB

Boyolali, NU Online
KH Habib Ihsanudin dikenal sebagai ulama sepuh di daerahnya. Ketika NU Online berkunjung ke kediamannya beberapa waktu yang lalu, Ketua PCNU Boyolali 1980-an tersebut, menyambut kami dengan ramah.

Setelah berbincang sejenak, sejurus kemudian ia masuk ke dalam. Rupanya ia mengambil sebuah buku. Ia pun mulai membuka beberapa lembar. Lalu berhenti pada satu halaman. Ia memperlihatkan foto hitam putih; seorang pemuda yang berbadan tegap dan berseragam lengkap dengan baret.

“Foto ini ketika saya masih aktif di Corps Brigade Pembangunan (CBP) IPNU pada tahun 1965,” terang KH Habib Ihsanudin.

Kiai Habib yang kini mengasuh sebuah pesantren di daerah Doglo, Boyolali, Jawa Tengah, mengenang kala itu, ia didapuk sebagai Komandan CBP IPNU Boyolali.

CBP merupakan salah satu badan semi-otonom IPNU, yang dibentuk bersamaan dengan lahirnya “Doktrin Pekalongan” yang ditetapkan pada Konferensi Besar IPNU di Pekalongan pada tanggal 25-31 Oktober 1964.

Pada 1965, Habib Ihsanudin muda, mengikuti latihan yang dipusatkan di Cebongan, Yogyakarta. Selama sepuluh hari, ia bersama kader CBP lainnya ditempa jasmani dan rohaninya agar menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.

“Saya masih ingat salah satu pelatihnya yakni Pak Katamso, Danrem DIY (yang kemudian menjadi salah satu Pahlawan Revolusi,-red),” ungkapnya.

Pada tahun 1966, ia terpilih menjadi Ketua PC IPNU Kabupaten Boyolali hingga tahun 1968. Organisasi itu menjadi pintu awal pengabdiannya di NU. Setelah itu, ia sempat mengemban amanah sebagai Ketua PC GP Ansor Boyolali (1968-1973). Kemudian menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Boyolali (1977-1985).

Bahkan hingga kini, di sela kesibukannya mengasuh para santri, dirinya masih ikut mengabdi bersama NU sebagai Mustasyar NU Boyolali.

Ia memiliki harapan khusus untuk para generasi muda NU di masa kini. “Saya pribadi, memiliki cita-cita seperti KH Idham Chalid, yang diibaratkan seperti sedang menulis buku yang isinya 1000 lembar, bahkan lebih. Anda halaman 1 sampai 100, anak Anda 101 sampai 200, dan seterusnya. ini gambaran supaya ada regenerasi, ada yang meneruskan perjuangan ini,” kata dia. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)