Daerah

Ketua Ansor Jatim: NU Masa Depan adalah Ansor Masa Kini

Ahad, 25 Oktober 2020 | 02:00 WIB

Ketua Ansor Jatim: NU Masa Depan adalah Ansor Masa Kini

Ketua PW GP Ansor Jawa Timur saat menghadiri Konferensi PC GP Ansor Sumenep. (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online

Pada Sabtu (24/10) Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumenep, Jawa Timur menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) IX dengan tema Menyatukan Jamaah untuk Harakah An-Nahdliyah. Acara dipusatkan di Pondok Pesantren Assadad Kecamatan Ambunten.

 

Gus Syafiq Syauqi mengutarakan dalam sambutannya bahwa Ansor adalah organisasi kader yang didirikan muassis Nahdlatul Ulama. Seluruh kader harus siap membantu para kiai untuk meneruskan perjuangan khusunya ideologi NU.

 

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Timur tersebut menekankan agar fungsi organisasi harus benar-benar melekat pada sanubari agar kelak bisa menggantikan generasi tua.

 

"NU masa depan adalah Ansor masa kini. Ini beban berat kita, namun di Sumenep mampu dijawab kepengurusan sebelumnya yang sering kali menertibkan administrasi dari masa ke masa," katanya. Para kader harus taat pada aturan organisasi yang ditetapkan oleh pimpinan pusat, lanjutnya.

 

Hal tersebut dirasakannya saat PW GP Ansor melakukan safari ke berbagai kepengurusan daerah, seperti kawasan tapal kuda, matraman, dan lainnya.

 

"Berkat bantuan tim PW GP Ansor Jatim, permasalahan tersebut kami atasi. Ada 38 PC yang kami kunjungi, tinggal 1 yang belum, yakni Ansor Pacitan," ungkapnya.

 

Kiai muda tersebut menegaskan bahwa menyapa kepengurusan di daerah sebagai solusi untuk meluruskan masalah. Karena manfaat silaturrahim ke setiap kabupaten dan kota bermanfaat agar kebijakan organisasi terealisasi.

 

"Perlu diketahui, sepertiga pengurus PW Ansor Jatim berasal dari Madura khususnya Sumenep. Bahkan kader terbanyak di wilayah Madura adalah Sumenep," ucapnya.

 

Menurutnya, tujuan kedatangannya ke Sumenep untuk silaturahim dan ngalap berkah pada masyaikh. Lalu dirinya mengingatkan kepada kader untuk meneruskan amal jariyahnya kepengurusan sebelumnya yang mampu menghidupkan seluruh Pimpinan Ranting (PR) Ansor se- Sumenep dengan mengadakan penguatan ideologi.

 

"Jangan sampai mati dan niatkan yang baik. Jangan sampai ada niat untuk membesarkan karir pribadi karena hakikatnya kita berkhidmat untuk meneruskan cita-cita muassis NU," pintanya.

 

Ketua PC GP Ansor Sumenep, M Muhri menyampaikan laporan kepada dewan penasihat bahwa telah melakukan pra-konferensi. Di mana seluruh pengurus PC dan PAC berdiskusi dan melakukan evaluasi terhadap program yang terlaksana dan tidak terlaksana.

 

“Sehingga menghasilkan sebuah tata tertib persidangan dan program baru yang nantinya akan dijalankan kepengurusan terpilih,” ungkapnya.

 

Ketua PC GP Ansor Sumenep juga menyampaikan bahwa pada tanggal 6 hingga 11 Oktober telah melaksanakan akreditasi ranting se-Kabupaten Sumenep.

 

"Ada 264 ranting yang terakreditasi dan 22 PAC juga terakreditasi oleh PW GP Ansor Jatim," terangnya.

 

Selanjutnya, pada tahun 2017 fokus kepengurusan mengedepankan penguatan ranting, yakni penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia.

 

"Alhamdulillah, berkat safari tersebut 80 persen telah ada aktivitas rutin minimal menggelar kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor,” jelas dia.

 

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk tersebut menjelaskan bahwa setiap tahun melaksanakan Diklatsar Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di setiap PAC. Bahkan ada salah satu dari Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon)  pernah melaksanakan dua dan tiga kali.

 

"Ini semua berkat dukungan yang luar biasa. Karena para pengurus mencurahkan pikiran dan tenaga serta tidak pernah kenal lelah saat berkhidmat di Ansor," katanya.

 

Anngota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep tersebut berterima kasih dan mengapresiasi PAC yang datang dari daerah kepulauan. Seperti, Gayam, Nonggunong, Raas, Arjasa, Kangean, Sapeken, dan lainnya.

 

"Perjuangan mereka luar biasa. Butuh 5 hingga 7 jam perjalanan ke daratan. Ini salah satu bukti komitmen mereka dalam mengabdi di NU," ungkapnya disambut tepuk tangan.

 

Alumni Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) tersebut menyampaikan permohonan maaf kepada musyawirin karena di periodenya memiliki banyak kekurangan.

 

"Semoga di era yang baru bisa lebih baik dari sebelumnya," pungkasnya.

 

Kontributor: Firdausi

Editor: Ibnu Nawawi