Daerah Ngaji Ahad Pagi

Kiai Dalhar: Orang Tak Punya Rasa Hakikatnya Bukan Manusia

Ahad, 13 Maret 2016 | 23:00 WIB

Kiai Dalhar: Orang Tak Punya Rasa Hakikatnya Bukan Manusia

Pengurus JATMAN Pringsewu Lampung, KH Muhammad Dalhar (peci putih) saat memberikan penjelasan materi tasawuf pada Ngaji Ahad Pagi di Gedung NU setempat, Ahad (13/02).

Pringsewu, NU Online
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi. Kesempurnaan manusia itu harus terus dijaga dan digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampai kesempurnaan tersebut hilang sehingga manusia hanya dalam bentuk jasadnya saja namun hakikatnya bukan manusia.

Demikian dikatakan Pengurus Jamiyyah Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah NU (JATMAN) Pringsewu Lampung, KH Muhammad Dalhar saat memberikan penjelasan materi tasawuf pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU setempat, Ahad (13/02).

Kiai Dalhar mengungkapkan bahwa untuk menjadi manusia sebagai makhluk yang sebenar-benarnya manusia, harus menyadari hakikat diciptakannya manusia. " Dalam diri kita mengalir darah. Dalam darah kita ada ruh dan dalam ruh ada rasa. Sehingga jika orang tak punya rasa, hakikatnya bukan manusia," tegasnya.

Sebagai contoh ia mengatakan bahwa rasa kita sebagai seorang orang tua, anak, kakak, adik dan sebagainya merupakan hal yang membedakan kita dari hewan. "Kalau hewan tidak memiliki rasa itu. Jadi bila kita bertingkah semaunya tanpa memikirkan rasa tersebut berarti kita sama saja seperti hewan," tegasnya.

Lebih lanjut Kiai Dalhar mengingatkan bahwa sebagai mahkluk yang paling sempurna, manusia juga harus menyadari bahwa tugas utamanya adalah beribadah mendekatkan diri kepada yang telah menciptakannya yaitu Allah SWT. 

Dalam beribadah ada empat tingkatan yang dapat menghantarkan manusia merasakan nikmatnya beribadah sekaligus menjadikan manusia lebih sempurna lagi. "Empat tingkatan tersebut adalah marifat yakni ilmu dalam beribadah, syariat yakni cara beribadah, thariqat yakni jalan atau arah beribadah, dan yang terakhir adalah tingkatan hakikat yakni tujuan dari ibadah kita," jelasnya.

Kiai Dalhar mengibaratkan perjalanan menuju kenikmatan beribadah tersebut seperti berlayar mengarungi lautan. " Marifat itu ilmunya, syariat itu kapalnya, thariqat itu lautnya, dan hakikat itu adalah mutiara di dalam lautnya," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Zunus)