Daerah

Kiat Dakwah di Medsos menurut Ning Luluk Farida Malang

Ahad, 13 Juni 2021 | 03:00 WIB

Kiat Dakwah di Medsos menurut Ning Luluk Farida Malang

Hj Luluk Farida Muchtar (Ning Luluk). (Foto: tangkapan layar FB PSP).

Jakarta, NU Online
Pembina Yayasan Pesantren PPAI Darun Najah Malang, Nyai Hj Luluk Farida Muchtar, menyampaikan beberapa kiat dalam berdakwah di media sosial. Hal itu ia sampaikan saat didaulat menjadi narasumber pada Halaqah Virtual Perempuan Ulama.


Halaqah seri ke-27 bertema ‘Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi Pesantren’ tersebut diselenggarakan oleh Pusat Studi Pesantren (PSP) secara daring, Sabtu (12/6).


Ning Luluk, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa isu keagamaan di media sosial menjadi peluang tersendiri untuk menyampaikan dakwah.


“Terutama adanya isu yang mengatasnamakan agama dan bela Islam. Namun, justru bertentangan dengan agama. Seperti caci maki, mengkafirkan sesama muslim, membid’ahkan amalan kelompok lain dan sebagainya,” ungkap Ning Luluk. 


Menurut dia, fenomena tersebut menjadi peluang dengan cara menarik perhatian di medsos menggunakan cara-cara sederhana. Oleh karenanya, para santri harus bergerak dan tidak tinggal diam.


“Kalau di medsos dipenuhi caci-maki lalu kita hanya diam, seolah-olah itu menjadi kebenaran. Mungkin ada yang takut berdosa gara-gara bertengkar di medsos sehingga memilih diam saja, ini berbahaya,” tandasnya.


Ning Luluk menegaskan, perlu bagi para ulama NU yang berpandangan Islam rahmatan lil ‘alamin termasuk ulama perempuan untuk menyuarakan kontra narasi. Tujuannya adalah meluruskan yang tidak benar.


“Kita perlu membangun kontra narasi yang sama dengan mereka, karena nanti akan menjadi alternatif pilihan bagi orang yang mencari tema-tema tertentu di media sosial,” terangnya.


Islam jadi jawaban
Ning Luluk juga menjelaskan konsep dakwah yang relevan adalah kembali pada Al-Qur’an. Di mana Islam sebagai agama cinta kasih bagi seluruh alam yang mengajarkan nilai kemanusiaan, keadilan, dan kejujuran.


“Islam harus menjadi jawaban, sehingga dakwah yang relevan dapat menjawab permasalahan apapun. Termasuk berdakwah bil hikmah wal mauidzatil hasanah (dengan hikmah dan nasihat yang baik),” ungkapnya.


Dalam berdakwah, menurut dia, cukup dengan nasehat dan tidak perlu memaksa. Termasuk ketika banyak penilaian buruk dari orang. Namun, yang terpenting adalah menyampaikan kebenaran. “Tidak usah peduli apapun risiko berdakwah,” imbuhnya.


Selain itu, ia menuturkan, dalam menyampaikan dakwah harus dengan baik dan tidak terlalu banyak bicara. “Tidak perlu ikut seperti mereka yang mencaci maki,” tuturnya.


Menurut Ning Luluk, perlu juga mencari satu kata yang dapat mengena di hati orang. Meski demikian, kembali lagi tetap harus memperhatikan kapasitas orang yang diajak bicara.


Dalam siaran langsung melalui Zoom dan Facebook PSP ini, Ning Luluk juga membagikan tips dalam membuat konten dakwah di medsos. Pertama, harus sesuai dengan tren atau aktual. Kedua, sesuai dengan kebutuhan audiens. Ketiga, menetapkan tujuan pembuatan konten.


“Keempat, membuat konten yang aman dan ringan untuk dikonsumsi. Kelima, mempromosikan dan mendistribusikan agar dikenal banyak orang. Terakhir, perlu adanya tayang ulang,” terangnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori