Daerah

Kiat Jadi Guru Hebat dan Ibu Super menurut Aktivis Fatayat NU Jati Kudus 

Jum, 28 Februari 2020 | 23:00 WIB

Kiat Jadi Guru Hebat dan Ibu Super menurut Aktivis Fatayat NU Jati Kudus 

Seluruh peserta seminar edukasi mendapat sertifikat dari PAC Fatayat NU Jati Kudus. (Foto: NU Online/Afina)

Kudus, NU Online
Guru hebat di sekolah dan orang tua super di rumah menjadi pembahasan utama dalam seminar edukasi yang digelar oleh Pimpinan Anak Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (PAC Fatayat NU) Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Farida, salah satu narasumber yang juga aktivis Fatayat NU Kudus, menyampaikan sejumlah kiat dan kompetensi untuk menjadi Guru Hebat dan Ibu Super dalam seminar yang digelar di SMP NU Al-Ma’ruf Kudus, Jumat (28/2).

“Untuk menjadi ibu super dan guru hebat itu tidak hanya harus cerdas. Tugas guru bukan hanya transfer of knowledge (memberi pengetahuan). Namun juga transfer of value (memberi nilai-nilai). Menjadi seorang pendidik harus memiliki empat kompetensi. Yakni pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional,” paparnya.

Farida menekankan, seorang pendidik harus menguasai kemampuan sosial. Selalu bersemangat menjadi hal yang sangat penting dalam penguasaan kompetensi sosial. Sebab, aura positif dan negatif secara langsung dapat tertular kepada orang lain.

Kepada sekitar 220 peserta, ia menceritakan pengalamannya ketika berada di pusat rehabilitasi bersama para mahasiswanya. Ia membuktikan, semangat dan aura positif benar-benar memberi pengaruh besar.

Baca juga: PAC Fatayat NU Jati Kudus Seminarkan Hypnoteaching dan Super Parenting

“Saya datang dengan kondisi lelah. Karena jam yang padat di kampus dan masih ada jadwal rapat. Saat di tempat rehabilitasi, saya merasa pusing. Lalu, saya konsultasi kepada kiai di sana. Kiai bilang, ketika berada di tempat rehabilitasi harus dalam keadaan bugar. Karena tempat tersebut kuat dengan aura negatif,” jelas Dosen Psikologi di IAIN Kudus ini.

Pada saat itu, lanjutnya, ia disarankan sang kiai untuk meninggalkan tempat rehabilitasi demi kebaikan kondisinya. Ternyata benar. Setelah beberapa meter meninggalkan tempat, ia merasakan pusing yang dialaminya berangsur hilang. 

"Kejadian tersebut saya jadikan salah satu acuan bahwa semangat yang dimiliki seorang pendidik akan memberi efek positif bagi anak di rumah atau murid di sekolah," tuturnya.

Menurut dia, selain kemampuan sosial yang harus dimiliki adalah semangat yang tinggi. Demokratis juga menjadi kemampuan sosial yang ideal dalam mengasuh anak. Sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan pendidik mendengarkan. 

Dalam seminar, selain menyampaikan kompetensi pendidik, ia juga menerangkan tentang pengenalan macam pola asuh, pengenalan gaya belajar anak, teknik komunikasi efektif dengan anak, teknik mengubah kebiasaan buruk anak, pengenalan dan praktik teknik hypnosis anak, serta praktik penyusunan sugesti positif.

"Sekali lagi saya ingatkan bahwa untuk menjadi pendidik yang baik harus dapat mendengarkan peserta didik. Terpenting, ibu super dan guru hebat itu harus terus belajar," pungkas Farida.

Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori