Daerah

Klitih Resahkan Warga Yogyakarta, Sejumlah Tokoh Tekankan Pentingnya Peran Keluarga

Sel, 4 Januari 2022 | 10:45 WIB

Klitih Resahkan Warga Yogyakarta, Sejumlah Tokoh Tekankan Pentingnya Peran Keluarga

Seminar 'Penguatan Institusi Keluarga sebagai Langkah Awal Mencapai Masyarakat Jogja yang Tangguh' di Gedung DPD RI DI Yogyakarta pada Ahad (2/2/2022). (Foto: dok Panitia)

Yogyakarta, NU Online

Tindak kriminal klitih yang masih marak terjadi di Yogyakarta makin meresahkan. Klitih merupakan bentuk kriminal yang dilakukan remaja di malam hari dengan membawa sajam. Sasarannya random. Seolah memiliki mata rantai panjang, satu pelaku ditangkap, muncul pelaku lainnya. Pelakunya terhitung masih remaja. Hal ini mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, salah satunya dari Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY.

 

Atas dasar itu, Pengurus Wilayah LKKNU DIY menyelenggarakan seminar bertajuk Penguatan Institusi Keluarga sebagai Langkah Awal Mencapai Masyarakat Jogja yang Tangguh di Gedung DPD RI DI Yogyakarta pada Ahad (2/2/2022) pagi.

 

Dalam sambutannya, anggota DPD RI H Hilmy Muhammad menyebut bahwa pokok masalah klitih adalah keluarga. Oleh sebab itu, LKKNU DIY memiliki peran penting dalam pembangunan keluarga sehingga tindak kriminal tersebut bisa segera diatasi.

 

"Yang menjadi pokok masalah dalam klitih adalah keluarga. Entah karena tidak harmonis atau orang tua tidak bisa menjadi uswatun hasanah. Kita ikut prihatin dan harus turut berperan menyelesaikan masalah ini. Kalau dalam bahasa agama, istilahnya fardlu. Dengan cara ini kita bisa membuat generasi kita bisa lebih baik. Tidak ada cara untuk memperbaiki keluarga kecuali menanamkan kepada anak, pasangan, dan anggota keluarga kita untuk menjadi contoh atau panutan yang baik," kata pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut.

 

Untuk dapat menjadi panutan yang baik atau uswatun hasanah, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tersebut mengatakan ada sifat-sifat yang harus dimiliki oleh orang tua.

 

"Orang tua harus memiliki integritas. Integritas itu sendiri tercermin dari tiga sifat, yaitu jujur, berkomitmen, dan amanah,” ujar Wakil Rais Syuriyah PWNU DIY tersebut.

 

Gus Hilmy menjelaskan, jujur itu maksudnya, orang tua jika berbicara tidak berdusta. Komitmen itu jika berjanji tidak mengingkari. Dan amanah itu berarti bila diberi tugas, dan mau, ya harus dilaksanakan, jangan sampai dikhianati.

 

Lebih lanjut Gus Hilmy menyatakan bahwa banyak keluarga yang kesulitan mengatur anak-anaknya, bahkan tidak sedikit anak yang melawan orang tua. Bahkan yang masih kecil dan remaja saja sudah berani melawan orang tua. Ini karena anak-anak itu tidak mendapatkan contoh yang baik dari orang tua mereka. Dan di sinilah urgensi seminar yang diadakan hari ini.

 

Pernyataan tersebut diamini oleh Wakil Ketua PWNU DIY Fahmi Akbar Idries. Menurutnya, persoalan kriminalitas dan kekerasan yang kerap terjadi di negara kita berakar dari keluarga. Hal ini menjadi tantangan bagi LKKNU. 

 

"Tantangannya kemudian adalah pendidikan, komunikasi, dan transformasi. Bagaimana pendidikan dalam sebuah keluarga terpenuhi, bagaimana pola komunikasi di dalam keluarga, dan bagaimana LKKNU mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran kepesantrenan dalam bahasa yang lugas dan mudah diterima masyarakat," kata Fahmi.

 

Konsep keluarga maslahah

Tim Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU Alissa Wahid menyampaikan konsep Keluarga Maslahah An-Nahdliyyah (KMA) yang telah disusun oleh Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU. Laksana sebuah bangunan rumah, keluarga maslahah harus memiliki pondasi, pilar, atap, dan kemudian mengisinya dengan suasana yang baik.

 

"Fondasinya adalah prinsip keadilan (mu’adalah), kesalingan (mubadalah), dan keseimbangan (muwazanah)," kata Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian tersebut.

 

Di sisi lain, Mbak Alissa menjelaskan bahwa pilar yang harus dibangun dalam keluarga maslahah adalah perspektif zawaj (sejajar), mitsaqan ghalidhan (komitmen), mu’asyarah bil ma’ruf (hubungan yang baik), musyawarah, dan taradlin (keridhaan). Sementara dari sisi atapnya, harus diisi dengan ragam perspektif dan kemaslahatan. Setelah bangunan itu terwujud utuh maka suasana yang dibangun adalah sakinah, mawaddah, warahmah.

 

Alissa menegaskan pentingnya sinergi dengan lembaga-lembaga lain di bawah naungan NU. Tujuan besar keluarga maslahah adalah tugas yang harus diemban bersama. Oleh sebab itu, ia mengingatkan agar pengurus LKKNU dapat menepis ego sektoralnya.

 

Acara tersebut turut menghadirkan Katib Syuriyah PWNU DIY KH Chasan Abdullah, Wakil Rais Syuriyah PWNU DIY KH Habib Abdus Syakur, Ketua PW LKKNU DIY KH Nasikh Ridwan.

 

Editor: Kendi Setiawan