Daerah

KOPRI Jatim: Kasus Atut Tragedi Menyedihkan di Hari Ibu

NU Online  ·  Ahad, 22 Desember 2013 | 08:04 WIB

Jakarta, NU Online
Penetapan dan penahanan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah menjadi tragedi menyedihkan bagi perempuan Indonesia terutama bagi mereka yang berkiprah di politik. Peristiwa itu sekaligus menjadi kado yang menyedihkan di Hari Ibu yang diperingati pada 22 Desember.
<>
Penilaian itu diungkapkan Ketua Korps PMII Putri Jawa Timur (KOPRI) Athik Hidayatul Ummah, kepada wartawan, di Jakarta, Ahad (22/12).

“Hari ini, sebenarnya hari yang bersejarah bagi perjuangan kaum perempuan. Sungguh disayangkan, Atut jadi tersangka kasus korupsi. Ini tragedi yang menyedihkan,” katanya.

Apalagi, menurutnya, Atut hingga kini tercatat sebagai satu-satunya perempuan yang bisa menduduki jabatan Gubenur di tanah air. “Betapa sulitnya perempuan bisa menjadi Gubernur. Di banyak tempat termasuk Jatim, tokoh perempuan gagal menjadi gubernur. Sama beratnya dengan perjuangan para caleg perempuan untuk duduk di kursi legislatif,” katanya.

Lebih menyakitkan lagi, kata Athik, kasus yang menimpa Atut, telah menambah daftar politisi perempuan yang bermasalah dengan kasus hukum. Sebelum Atut, Angelina Sondakh dan Wa Ode Nurhayati telah terlebih dahulu masuk bui dengan kasus yang sama.

Mereka ini adalah korban pragmatisme politik dan demokrasi transaksional yang merusak tatanan. Tapi apa boleh buat korupsi harus tetap diberantas,” jelas aktivis perempuan muda ini.

Meski demikian, kasus yang menimpa Atut, Angelina Sondakh dan Wa Ode Nurhayati, jangan sampai menyurutkan langkah para perempuan Indonesia untuk terus berkiprah di jalur politik. Justru kasus yang menimpa mereka, bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran agar ke depan lebih berhati-hati dalam bertindak dan mengambil kebijakan.

Perempuan-perempuan potensial Indonesia tak boleh surut semangat untuk terus memperjuangkan nasib perempuan. Nasib perempuan akan semakin baik, jika banyak kaum perempuan menduduki jabatan strategis dalam pengambilan kebijakan,” jelas alumni Universitas Negeri Malang.

Ia meyakinkan, masih banyak perempuan Indonesia yang amanah dan layak menempati jabatan-jabatan penting. Kita tidak boleh melakukan generalisasi. Kasus yang terjadi adalah ujian bagi kaum perempuan. Masih banyak tokoh perempuan yang menjadi inspirasi bagi para generasi muda.

Lebih lanjut ia mengatakan, bagi kaum ibu yang berkiprah dalam ranah domistik keluarga, kasus yang menimpa para figur politisi perempuan itu patut menjadi bahan pelajaran di mana pendidikan antikorupsi perlu dimulai dari keluarga sejak dini.

Sejak dini, anak-anak perlu dibekali pendidikan antikorupsi. Ini bahan refleksi berharga di tengah perayaan Hari Ibu yang sedang diperingati secara nasional, pungkasnya. (Ahmad Millah/Alhafiz K)