Daerah

Kunjungi Buntet Pesantren, SMP Santo Thomas Jalin Persaudaraan

Sab, 24 Agustus 2019 | 08:00 WIB

Kunjungi Buntet Pesantren, SMP Santo Thomas Jalin Persaudaraan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Thomas, Ciledug, Kabupaten Cirebon melakukan kunjungan ke Pesantren Darul Hijroh, Buntet Pesantren, Astanjapura, Cirebon, Jawa Barat pada Jumat (23/8).

Cirebon, NU Online
Suara kebencian atas perbedaan begitu nyaring dibunyikan di jagat maya. Padahal Indonesia sudah sejak dulu hidup berdampingan dengan beragam perbedaan yang ada, baik dari segi bahasa dan suku yang jumlahnya ratusan, juga agama. Tetapi, semuanya bukan halangan untuk menjalin hubungan demi persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
Tak ayal, untuk terus memupuk rasa persaudaraan itu dan mengubur suara kebencian, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Thomas, Ciledug, Kabupaten Cirebon melakukan kunjungan ke Pesantren Darul Hijroh, Buntet Pesantren, Astanjapura, Cirebon, Jawa Barat pada Jumat (23/8).
 
Pengasuh Pesantren Darul Hijroh, Ustazd Nemi Mu’tashim Billah (Kang Nemi), menjelaskan, kunjungan tersebut terlaksana dalam dalam rangka silaturahmi menjalin hubungan baik sesama anak bangsa. 
 
“Kunjungan silaturahim menjalin persaudaraan sesama anak bangsa serta menjaga kerukunan antarumat beragama,” katanya. 
 
Kang Nemi melanjutkan, sebelumnya mereka memiliki prasangka bahwa pesantren merupakan tempat yang menakutkan mengingat adanya pemberitaan pesantren menjadi sarang teroris. Setelah berinteraksi langsung dengan para santri yang seusia dengan mereka, dugaan mereka terbantahkan semua.
 
“Mereka mengesankan kehidupan pesantren itu menakutkan. Tapi begitu melihat langsung ternyata kok berbeda. Tidak seperti yang dibayangkan oleh mereka selama ini. Tidak galak, tetapi ramah,” katanya.
 
Rombongan SMP Santo Thomas juga cukup terkejut ketika mereka diterima dengan baik dan penuh keramahan oleh para santri Pesantren Darul Hijroh.
 
Kang Nemi menjelaskan, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Karenanya, pesantren terbuka dengan semua kalangan selain kegiatan tersebut juga menutup pemahaman radikal dan kebencian terhadap perbedaan.
 
“Pendidikan dini kepada siswa dan santri agar terhindar dari paham-paham yang bernada penuh dengan kebencian dan mencegah terjadinya radikalisasi atas nama agama sejak dini,” pungkasnya.
 
Dalam pertemuan tersebut, para santri Pesantren Darul Hijroh dan siswa SMP Santo Thomas saling berbagi pengalaman satu sama lain. Para santri menyambut mereka dengan kesenian hadrah. Sementara para siswa SMP Santo Thomas mementaskan kesenian drama monolog dengan menggunakan bahasa Sunda dan pentas seni tari.
 
Puluhan siswa dan siswi dengan para santri laki-laki dan perempuan membaur penuh kegembiraan. Tampak senyum mereka begitu lebar saat pertemuan itu berlangsung. 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon