Daerah

Lima Panggilan Kubur dan Cara Menjawabnya

NU Online  ·  Sabtu, 27 April 2019 | 16:45 WIB

Lima Panggilan Kubur dan Cara Menjawabnya

Haul Akbar Ngoto, Sabtu (27/4) malam.

Bantul, NU Online
Dalam sebuah riwayat dikatakan, kubur memanggil setiap hari dengan lima panggilan. Pertama, kubur menyatakan dirinya adalah rumah sendirian. Maka perbanyak membaca Al-Qur'an. Kedua, kubur adalah rumah kegelapan maka terangilah dengan shalat malam. Ketiga, kubur adalah rumah debu, bawalah alas dengan banyak beramal shaleh. 

Keempat, kubur adalah tempat hewan berbisa maka bawa penawarnya dengan membaca "Bismillahirahmanirrahim." Dan kelima, kubur adalah rumah pertanyaan Munkar dan Nakir maka perbanyaklah di dunia membaca "Laa ilaaha illallah, Muhammadurrasulullah", supaya bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir.

KH Bardan Usman menyampaikan hal tersebut saat memberi mauidzhoh hasanah di Masjid Nurul Huda, Jalan Imogiri Barat, Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (27/4) malam ini. 

"Saya pernah didatangi tamu. Dia tanya 'Apakah boleh kita mendoakan orang mati?' Saya jawab tegas tidak boleh, karena mendoakan itu yang baik-baik saja," katanya. Kiai Bardan melanjutkan, "Kalau mendoakan orang yang sudah mati, tentu saja boleh."  

Menyitir keterangan sebuah kitab, Rais Syuriyah PCNU Gunungkidul, Yogyakarta itu menjelaskan, keluarga almarhum dan almarhumah yang mengeluarkan sedekah setelah meninggal tiga hari, maka ganjaran untuk mayit mengalir sampai tujuh hari.

"Mengeluarkan sedekah setelah 25 hari, ganjaran sampai 40 hari," imbuhnya. Begitu pula sedekah pada 40 hari akan sampai selama 100 hari. "Sedang sedekah pada 100 hari setelah wafat, akan terus mengalir sampai satu tahun," jelasnya.

Sedekah peringatan satu tahun wafat, akan mengalir hingga seribu hari. "Makanya dikenal peringatan tahlilan sesuai hari-hari tersebut," tambahnya. 

KH Bardan juga mengungkapkan, orang-orang yang sudah meninggal sangat mengharapkan kiriman doa. "Mereka akan sedih jika saat meninggal hingga satu bulan, anak-anaknya sudah membicarakan urusan warisan," urai mantan pejabat eselon lll Kemenag DIY itu. 

"Maka marilah kita tambah istiqmah menghadiri majelis pengajian karena lebih utama daripada shalat sunnah 1.000 rakaat," pungkasnya. 

Majelis Haul Akbar Ngoto ini diampu oleh Kiai Umaruddin Masdar. Berlangsung rutin tiap tahun yang diawali dengan khataman Al-Qur'an. (Bramma Aji Putra/Kendi Setiawan)