Daerah

LP Ma'arif NU Kota Semarang Sesalkan Ujian Nasional Dihapus

Sab, 11 April 2020 | 03:30 WIB

LP Ma'arif NU Kota Semarang Sesalkan Ujian Nasional Dihapus

Ketua PC LP Ma'arif NU Kota Semarang H Asikin Kusnan (Foto: Dok LP Ma'arif NU)

Semarang, NU Online
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) Kota Semarang, Jawa Tengah H Asikin Khusnan menyebut Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mandiri di rumah merupakan kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakan satuan pendidikan dengan kepatuhan dan tanggung jawab. 
 
"Kebijakan tersebut merupakan salah satu ikhtiar pemerintah bersama satuan pendidikan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. LP Ma’arif PCNU Kota Semarang mendukung kebijakan tersebut dengan pertimbangan bahwa mobilitas dan kerumunan peserta didik di madrasah dan sekolah sangat potensial berkontribusi dalam penyebaran Covid-19," kata Asikin kepada NU Online di Semarang, Jumat (10/4).
 
Meski demikian, ia merasa prihatin dengan kebijakan pemerintah menghapus Ujian Nasional (UN) pada Tahun Pelajaran 2019/2020 secara mendadak. 
 
"LP Ma'arif NU Kota Semarang sangat prihatin dan menyesalkan, karena kebijakannya sangat mendadak, sedangkan persiapan penyelenggaraan UN pada satuan pendidikan, peserta didik maupun OTM sudah cukup matang," ungkapnya.

Selain itu lanjutnya, menurut regulasi penghapusan UN baru akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2020/2021. Namun demikian, memperhatikan kondisi tersebut termasuk dipandang berpotensi pada penyebaran Covid-19, serta sulitnya melakukan koordinasi dan pengelolaan teknis pelaksanaan UN pada masa social distancing atau lockdown, maka LP Maarif PCNU Kota Semarang menyatakan siap melaksanakan kebijakan tersebut. 
 
"Sebagai konsekwensi mengikuti kebijakan tersebut, kelulusan peserta didik pada tahun pelajaran 2019/2020 ini ditentukan dari akumulasi perolehan nilai raport," ucapnya.
 
Lebih lanjut Asikin menuturkan, dalam menghadapi kebijakan pembelajaran dan penilaian dengan sistem daring, LP Ma'arif NU Kota Semarang mendorong kepala sekolah dan madrasah dan para guru untuk menjalin koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan orang tua murid (OTM) dan komite. 
 
"Kita tekankan untuk berkomunikasi secara intens dengan orangtua siswa dan komite agar hasilnya sesuai atau minimal tidak terpaut jauh dari bila mengadakan UN," tegasnya.
 
Lebih dari itu sambungnya, LP Ma'arif NU Kota Semarang memacu kepala sekolah dan madrasah serta para guru untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan teknologi informasi untuk kepentingan pendidikan. 
 
"Manfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan penilaian daring, misalnya menggunakan aplikasi goegle classroom, bitl.ly, zoom meeting, dan lain-lain," jelasnya.
 
Meski demikian, ia meminta pelaksanaan pembelajaran dan penilaiaan dengan sistem daring tetap dalam koridor kewajaran dengan prinsip tidak membebani dan memberatkan peserta didik dan OTM. Karena itu LP Ma’arif NU Kota Semarang meminta agar sekolah dan madrasah melakukan pendataan dan pemetaan terhadap anak dan OTM yang tidak memiliki HP Android dan Laptop. 
 
"Bagi anak dan OTM dengan kasus tersebut bisa dilaksanakan pembelajaran secara mandiri didampingi OTM, sedangkan penilaian dilaksanakan berbasis kertas," bebernya.
 
Teknisnya, materi belajar dan penilaian dikirimkan oleh sekolah dan madrasah ke alamat rumah anak atau OTM melalui jasa ojol atau jasa pengiriman. Demikian juga sebaliknya, kertas kerja (portofolio) dan hasil ulangan anak dikirim ke sekolah dan madrasah dengan teknis yang sama.
 
Perlu diketahui, koordinasi dan monitoring pembelajaran dan penilaian daring dilakukan oleh LP Ma'arif NU Kota Semarang melalui pengurus Majelis Kerja Kepala (MKK) tiap jenjang pendidikan, baik SD, MI, SMP, MTs, SMK, SMA maupun MA. 
 
"Koordinasi dan monitoring dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi dengan berbagai aplikasi teknologi seperti grup WA, zoom cloud teleconference, dan lain-lain," pungkasnya.
 
Kepala MA Hidayatus Syubban KH Moh Shohib Ridlwan mengatakan, persiapan yang relatif singkat ini diharapkan semua dapat terlaksana dengan baik.
 
"Untuk siswa yang nyantri di sini sudah dikoordinasi lewat orangtuanya. Sedangkan yang lajo (istilah untuk santri atau pelajar yang tidak mukim di pesantren, red) rata rata sudah punya WA, kita manfaatkan itu untuk komunikasi sesuai arahan dari Ma'arif NU," ucapnya.

Yayasan Hidayatus Syubban yang terletak di Karangroto, Kecamatan Genuk, Kota Semarang mulanya hanya memiliki pondok pesantren dan madrasah diniyyah, dan kini telah mengembangkan pendidikannya pada sektor lembaga pendidikan formal berupa madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah, dan sekolah menengah kejuruan.

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz