Daerah

Ma'had Aly TBS Praktik Jam Matahari di Menara Kudus

Sab, 26 Mei 2018 | 12:30 WIB

Kudus, NU Online 
Para santri Ma'had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, melakukan praktik mengetahui waktu shalat dhuhur di Masjid Al-Aqha Menara Kudus, dengan menggunakan jam matahari.

Praktik ini diikuti oleh mahasantri Ma'had Aly TBS Kudus. Hadir pada kesempatan itu KH Ahmad Faiz (Mudir Ma'had Aly TBS), Kiai Chirzil 'Ala (Naib Mudir Ma'had Aly TBS), Kiai Kholilurrohman (staf pengajar Ma'had Aly TBS), dan pakar falak Ma'had Aly TBS, Ustaz Noor Aflah.

Abdulloh Hamid, dosen UIN Sunan Ampel yang tengah berada di Kudus, tertarik pula melihat dan mengikuti praktik mengetahui waktu shalat dhuhur dengan menggunakan jam matahari.

''Memilih tempat di Menara Kudus, karena dari sisi keklasikannya. Menara juga menjadi barometer untuk mengetahui waktu shalat di seluruh kabupaten Kudus, mengetahui awal Ramadan, rashdul qiblat dan hal lain terkait ilmu falak, sejak zaman Kanjeng Sunan Kudus,'' katanya.

Menurutnya, bukti bahwa ilmu falak sudah dipergunakan sejak masa Sunan Kudus, salah satunya ada tradisi Dandangan, yang pada mulanya adalah tempat berkumpulnya masyarakat untuk mengetahui awal Ramadan.

''Jam matahari ini, sampai kapan pun akan bisa dipakai, selama belum kiamat. Penunjuk modern, suatu saat bisa eror, listrik mati, misalnya, matahari masih tetap bersinar, dan jam matahari bisa menjadi penanda datangnya waktu shalat,'' katanya.

Ustaz Noor Aflah SHI., mengemukakan,  di antara metode penentuan awal waktu shalat yang menarik untuk dikaji dan ditelisik lebih dalam, yakni metode jam matahari atau sering disebut sundial ini.

''Sundial merupakan instrumen falak yang sederhana, tetapi akurasinya sangat terjaga. Menurut catatan sejarah, sundial (jam matahari) merupakan jam tertua dalamperadaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3.500 SM. Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu al-Shatir, seorang astronom Muslim (1304-1375 M).

Sundial adalah alat tradisional penunjuk waktu yang mengandalkan pergerakanan sinar matahari. ''Prinsip kerja jam ini, yaitu dengan menunjuk berdasarkan letak matahari  dengan cara melihat bayangan matahari. Di Indonesia, jam matahari  biasanya dibuat dari tongkat atau semen serta sejenisnya dan ditempatkan di daerah terbuka, agar mudah terkena sinar matahari,'' tuturnya.

KH Ahmad Faiz menyampaikan bahwasanya jam matahari ini akan tetap diajarkan kepada para santri Ma'had Aly TBS yang takhassus-nya adalah ilmu falak. ''Ini peralatan yang telah diwariskan para leluhur dari generasi ke generasi. Selain peralatan-peralatan falak modern, peralatan tradisional juga akan kami berikan,'' ujarnya. (Red: Abdullah Alawi)