Daerah CATATAN PERJALANAN

Makam Mbah Mubin, Wali dari Pesisir Selatan

Jum, 14 September 2018 | 02:30 WIB

Hampir setiap tahun keluarga kami bersilaturahmi ke Desa Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah karena di sini merupakan kampung halaman dari jalur ayah.

Selain suasananya yang sejuk, tempat keluarga ayah sangat dekat dengan Pantai Selatan yang jaraknya hanya 2,7 km sehingga sangat pas untuk refreshing sejenak dari ramainya perkotaan.

Sejak kecil kami selalu ke tempat ini, namun kami tidak menyadari bahwa di tempat ini ada sebuah makam seseorang yang diyakini masyarakat sebagai wali. Kesadaran itu juga baru muncul ketika makam tersebut mulai dirapikan (diberikan tempat untuk orang yang mau ziarah). Hal itu terjadi sekitar 3 tahun yang lalu.
 
Kemudian diperluas lagi dan diperindah dengan sebuah taman di depannya yang berjaraksetahun setelah pembenahan pertama, sekaligus peletakkan papan nama: Makam Waliyulloh Syaikh Maulana Najmudin ‘Ali Mubin.

“Makam itu sejak dulu memang sudah ada, dulu ketika (ayah) masih kecil sering ngucing (mengambil makanan yang digunakan untuk sesajen) di sekitar makam itu. Tapi dulu tidak sebagus saat ini,” ujar ayah saya, Pak Sarmin, Sabtu (1/9) lalu yang rumahnya hanya berjarak satu rumah dengan makam tersebut.

Menurut pria yang kini tinggal di Tegal itu, kenapa makam tersebut menjadi rapi karena ada peziarah dari luar daerah yang meminta sesuatu lewat perantara Mbah Mubin kemudian ia berjanji ketika sudah sukses dan harapannya menjadi kenyataan akan balik lagi ke sini dan akan membenahi makam ini.

“Silahkan Mas memohon (permintaan yang diinginkan), insya Allah akan banyak terkabulnya, saya juga kadang setelah menjemput anak sekolah, saya sempatkan untuk ziarah ke sini,” ujar Pak Kamad yang datang dari Kota Kebumen.

Sedangkan menurut Tumirah, Bibi saya mengatakan kenapa makam itu menjadi seperti sekarang. dulu berdiri sebuah surau/gubug (pesantren kecil) di tempat itu. Kemudian ada yang bermimpi bertemu Mbah Mubin untuk membenahi makam tersebut, jadilah seperti sekarang.

saya kira makam tersebut perlu ditelisik kembali lebih dalam tentang asal usul dan sejarahnya karena hal itu berkaitan dengan akar keislaman di daerah tersebut. (Muhamad Firdaus/Fathoni)