Daerah

Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dari Masa ke Masa

NU Online  ·  Selasa, 16 September 2014 | 08:03 WIB

Probolinggo, NU Online
Berbicara Kota Kraksaan, tidak bisa mengabaikan Masjid Agung Ar-Raudlah. Masjid yang berada di barat alun-alun Kota Kraksaan itu merupakan ikon kota yang menandai betapa relegiusitas ibukota Kabupaten Probolinggo ini.
<>
Tidak ada yang mengetahui pasti kapan Masjid Agung Ar-Raudlah ini didirikan. Tidak ditemukan tanggal pastinya, tempat peribadatan umat Islam itu dibangun. Hanya saja dari penuturan yang disampaikan secara turun menurun, Masjid Agung ini Kraksaan dibangun sekitar tahun 1734 oleh KH Abdul Wahab. “Beliau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Ronggo,” ujar Ketua Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah KH Sakdullah Asy’ari, Senin (15/9).

Kiai Ronggo adalah pendiri Kota Kraksaan. Ia tercatat sebagai pejabat bupati pada masa itu. Selain masjid, rumah dinas Camat Kraksaan dan alun-alun Kota Kraksaan merupakan peninggalannya. “Dulu hanya disebut Masjid Jamik atau masjid At-taqwa,” tuturnya.

Masjid yang berdiri megah saat ini bukan bentuk awal. Ia telah beberapa kali mengalami renovasi. Sejak 1960 masjid  ini direnovasi hingga empat kali. Sementara bentuknya kini merupakan renovasi besar-besaran tahun 2000.

Dalam cacatan, masjid direvonasi antara tahun 1960 hingga 1966 ketika Ketua Takmirnya diemban oleh Habib Hasan bin Syech Abu Bakar. Perbaikan dilakukan karena beberapa bagian bangunan sudah lapuk dimakan usia.

Kemudian tahun 1971, Pemda Merenovasi masjid ini sesuai instruksi Bupati Probolinggo H Muhammad Ishaq. Sejak itu pula, para pejabat pemkab dan Muspida mulai turut serta melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha di masjid ini bersama masyarakat sekitar. “Waktu itu takmir masjid KH Muhammad Zubaidi,” terang Kiai Sakdullah.

Memasuki tahun 1981 renovasi berikutnya dilakukan dengan memperluas bangunan masjid saat bupatinya HR Soedirman Merto Adikusumo. Setelah direnovasi, masjid ini berganti nama menjadi Ar-Raudlah. Nama itu dipakai setelah hasil riyadhah dan istikharah takmir.

Pada tahun 2000, masjid yang terletak di jalan Rengganis nomor 1 Rt 01 Rw 02 kelurahan Patokan kota Kraksaan ini dirombak total. Arsitektur masjid yang bergaya modern kolonial berganti gaya baru arsitektur. “Sebagian besar biaya pembangunan ditanggung Pemkab Probolinggo. Ada juga sodaqah dan infaq kaum muslimin,” kata Kiai yang tinggal di kelurahan Kraksaan Wetan ini.

Perombakan total ini membawa konsekuensi tersendiri. Banyak ornamen dan bagian dari masjid tersebut diganti. Ada sebagian kecil yang tersisa, di antaranya penyangga utama dari kayu jati berukuran 6 x 6 meter persegi. Sedang ukuran ketebalan kayunya sekitar 60 X 40 cm.

Kemudian ada pula beduk kecil dan mihrab untuk khotib berkutbah. “Barang-barang tersebut diyakini sebagai peninggalan Kiai Ronggo,” ungkap Kiai Sakdullah.

Sekretaris Masjid Agung Ar-Raudlah HM Nurul Yakin menambahkan, Masjid Agung Ar-Raudlah berdiri di atas tanah wakaf seluas 3.560 meter persegi. Dengan luas bangunan mencapai 250 meter persegi, masjid ini dapat menampung sekitar 2.000 jamaah.

“Untuk biaya pengelolaan mencapai sekitar Rp. 15 juta per bulan yang didapat dari amal jariyah. Setiap Jumat, pendapatan amal jariyahnya mencapai Rp. 4 juta. Selain itu, masjid juga mempunyai tanah waqaf sawah seluas  6 hektar. Kami juga dibantu Pemkab Probolinggo,” kata Nurul Yakin.

Pada Agustus tahun 2014 lalu, masjid kebanggan warga Kraksaan ini meraih juara tiga Masjid Agung percontohan se-Jawa Timur. Yakin mengatakan, yang dinilai dalam lomba adalah kegiatan peribadatan dan menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat yang meliputi Idaroh, Imaroh, dan Ri’ayah.

Lomba yang dimenangkan di antaranya PHBI, giat Ramadhan, pengajian tafsir, kuliah subuh, pengajian rutin, tadarus Al-Qur’an, remaja masjid, perpustakaan, koperasi, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), dan sejumlah kegiatan kemasyarakatan. “Kami hanya kalah dari masjid agung Bondowoso dan masjid agung Lamongan,” ungkap Yakin.

Untuk ke depannya, takmir masjid berencana mengembangkan pos kesehatan masjid dan toko sembako murah bagi jamaah masjid. “Itu semua untuk kemakmuran jamaah,” tutur Yakin.

Sejak kantor Pemkab Probolinggo pindah ke Kota Kraksaan, jamaah masjid meningkat. Begitu pula dengan jamaah dari luar kota yang melakukan ziarah ke makam Kiai Ronggo. Meski makam Kiai Ronggo terletak di kelurahan Sidomukti Kota Kraksaan, banyak peziarah yang menyempatkan diri singgah di masjid agung ini.

“Di masjid ini terdapat sumur peninggalan pendiri Kota Kraksaan itu. Sumur ini diyakini memiliki khasiat mujarab untuk pengobatan. Peziarah banyak berkunjung untuk mengambil air di sumur ini terutama pada Jumat Legi dini hari,” ujar Yakin, pria asal desa Rangkang Kota Kraksaan. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)