Daerah

Masjid Al-Utsmani Jombang, Berusia Ratusan Tahun, Didirikan Leluhur KH Hasyim Asy'ari

Sab, 9 September 2023 | 13:00 WIB

Masjid Al-Utsmani Jombang, Berusia Ratusan Tahun, Didirikan Leluhur KH Hasyim Asy'ari

Masjid Al-Utsmani juga dikenal dengan nama Masjid Gedang. (Foto: NU Online/Syarif)

Jombang, NU Online

Sebagai Kota Santri, Kabupaten Jombang memiliki sejumlah bangunan tua bukti perjuangan kaum santri dalam syi'ar Islam. Salah satunya yaitu Masjid Al-Utsmani.


Masjid Al-Utsmani yang beralamat di Tambakberas Timur, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur masih kental mempertahankan model klasiknya.


Menurut keterangan dari penanggung jawab Masjid Al-Utsmani KH Fatkhullah Malik, Masjid Al-Utsmani diperkirakan dibangun sekitar 1830-an Masehi oleh KH Usman. Namun, ia tidak mengetahui persis tahun berdirinya masjid tersebut.


Tapi bisa merujuk ke pendirinya yaitu Kiai Usman, menantu Kiai Abdus Salam atau Soihah yang mulai hidup Tambakberas di era tahun 1825 M. Sama dengan berdirinya Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. 


"Namun, kemungkinan lainnya yaitu Masjid Al-Utsmani ini berdiri di atas tahun 1830-an. Ada versi lain yaitu 1838 M," jelasnya, Jum'at (8/9/2023).


Pengasuh Ribath al-Utsmani ini menjelaskan, Masjid Al-Utsmani juga dikenal dengan nama Masjid Gedang. Saat ini posisinya berada di Kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang.


Dari depan terlihat atap masjid berbentuk limas, ciri khas bangunan-bangunan lama. Terdapat dua limas pada atap yakni, limas berukuran besar yang merupakan atap bagian luar dan dalam masjid, serta limas berukuran agak kecil yang merupakan atap tempat imam.


Beberapa sisi masjid juga terdapat ornamen kayu ukiran menyerupai buah nanas. Ini terdapat di atas corong masjid. Bentuk kubah masjid terbuat dari logam berbentuk unik seperti mahkota bersusun tiga. 


Selain itu, sebelum di renovasi Masjid Al-Utsmani juga memiliki bentuk lengkungan khusus serta unik di serambi dan di tembok dalam masjid.


"Keaslian bangunan masih dijaga hingga saat ini. Beberapa bagian memang direnovasi, karena termakan usia," imbuhnya.


KH Fatkhullah mengatakan, kubah masjid berbentuk bunga melati dan disangga oleh enam kayu jati setinggi 6 meter dengan lebar 20x30 sentimeter sebagai pilar utama di bagian tengah masjid.


Di awal pembangunan, bangunan masjid terbuat dari batu bata, gamping, dan santan kelapa sebagai perekat pengganti semen. Tepi pintu dan jendela masih terbuat dari kayu serta bagian tengah berupa tralis besi yang ditata rapi. 


Pagar samping bagian luar pun masih nampak jelas sangat kokoh terbuat dari kayu jati. Di teras masjid terdapat beduk model lama. 

 

"Dulu masjid ini digunakan untuk mengaji tasawuf oleh KH Usman beserta santrinya. Bahkan Kiai Hasyim Asy'ari pernah ngaji di sini," imbuhnya.


Ia menambahkan, saat ini kegiatan masjid tetap digunakan untuk syi'ar Islam dengan kegiatan shalat lima waktu, ngaji kitab kuning dan kegiatan santri. Di bagian utara masjid ada komplek asrama santri bernama Ribath Ustmani yang diasuh oleh KH Fatkhullah beserta istri. KH Fatkhullah merupakan keturunan dari KH Soihah jika diurutkan ke atas.


"Masjid ini tidak dipakai Jumatan, hanya untuk ngaji dan shalat lima waktu," katanya.


Dikatakan, masa kecil hingga remaja pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Muhammad Hasyim Asy'ari hidup di sekitar Masjid Al-Utsmani. Dikarenakan secara nasab, Kiai Hasyim bersambung ke Kiai Usman. Garis nasab tersebut terpampang di makam Kiai Usman yang berada di sisi timur Masjid Al-Utsmani.


"Makam Kiai Usman ada di timur Masjid Al-Utsmani. Leluhur Kiai Hasyim. Bangun makan di oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Setiap hari ada peziarah," tandasnya.