Daerah

Masjid Pekuncen Peninggalan Guru Spiritual Amangkurat I

Rab, 25 Juli 2012 | 08:03 WIB

Tegal,  NU Online
Masjid Jami Pekuncen yang terletak di daerah Tegal Arum Kecamatan Adiwerna merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Tegal. Selain itu masjid peninggalan kerajaan Mataram Islam tersebut juga sebagai tempat wisata religi. Ciri khas desain arsitektur masjid kuno ini di bagian atap gentengnya yang beda dengan masjid kuno yang lainya.<>

Atap masjid dibuat dari bahan sirap berupa potongan kayu jati yang tersusun rapi dan kuat sehingga membentuk atap bangunan yang artistik khas kerajaan Islam zaman dahulu. Tentu saja hal itu tidak pernah lepas dari sejarah masjid ini yang merupakan peninggalan Syekh Samsudin, yang merupakan guru Spiritual Sunan Amangkurat I yang merupakan raja Mataram pada abad ke-16 Masehi. 

Adapun makam KH Samsudin atau syekh Samsudin terletak di belakang masjid Pekuncen. Sementara masjid  berada di kawasan situs purbakala makam keturunan raja Mataram dan makam para bupati Tegal pada zaman kerajaan Mataram.

Berdasarkan catatan sejarah, Sunan Amangkurat I dilahirkan di Mataram tahun 1646 dan meninggal dunia pada tahun 1677 masehi dan antara tahun itulah Sunan Amagkurat mendirikan Masjid Pekuncen. Sunan Amangkurat I juga dikebumikan di areal wisata religi di dekat masjid tetapi sedikit jauh dari makam gurunya.

Juru kunci makam Sunan Amnagkurat I Masruri menjelaskan, masjid Pekuncen merupakan bangunan peninggalan Islam yang dibuat oleh Sunan Amangkurat I, yang dimaksudkan sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam pada masa itu.

“Sunan Amangkurat juga merupakan penyebar ajaran agama Islam di wilayah Tegal Arum. Hal itu terbukti dari adanya masjid jami Pekuncen yang hingga sekarang masih berdiri kokoh,“ katanya.

Sementara di daerah lain, Sunan Amangkurat juga mendirikan masjid yang fungsinya sama yaitu di daerah Sukaraja dan Ajibarang. Sedangkan masjid Pekuncen semula dibangun dengan sangat sederhana di Tegal Arum sebagai tempat awal penyebaran agama Islam, terutama bagi mayarakat setempat. Namun karena perkembangan zaman, maka kondisi masjid pun perlu direnovasi. Dan hal itu dilakukan hingga tiga kali, yang terakhir yalkni pada tahun 2009. Renovasi dilakukan tanpa meninggalkan cirri khas era kerajaan Mataram Islam.

“Para perawat masjid Pekuncen diantaranya Dinas Purbakala Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Jawa Tengah, kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta dan dua pura kesultanan Yogyakarta,“ katanya.

Selain itu juga, para perawat masjjid tidak hanya merawat masjid tetapi juga merawat makam Sunan Amangkurat yang merupakan keturunan keratin Mataram. Tampaknya juga para perawat juga menjaga keaslian masjid, terbukti hingga saaat ini , kubah masjid, bedug, dan mimbar masih tetap asli  persis seperti sejak kali pertama dibangun.

“Sedangkan hamper seluruh bagian masjid dan yang laianya merupakan hasil pemugaran. Meski demikian, masjid tetap ramai terutama saat mamasuki waktu salat,“ jelasnya.

Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz