Daerah

Masyarakat Hanya Membantu, Pemerintah Wajib Tangani Dampak Covid-19

Sen, 18 Mei 2020 | 13:00 WIB

Masyarakat Hanya Membantu, Pemerintah  Wajib Tangani Dampak Covid-19

Salah seorang panitia membagikan sembako kepada masyarakat terdampak Covid-19. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online
Cerita sedih masyarakat karena dampak Covid-19 belum juga berakhir. Kisah duka kehidupan mereka yang terdampak virus mematikan itu, terus mengalir dari hari ke hari. Jangankan untuk berlebaran seperti biasanya, bisa menyambung hidup saja dengan lancar, itu sudah cukup.

Kondisi itu mendorong Pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin, Desa Curahkalong, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul Arifin untuk membagikan 300 lebih paket sembako kepada masyarakat sekitarnya. Paket sembako yang berisi beras, minyak goreng, gula, krupuk dan kue kering itu dibagikan Ahad (17/5) di kediaman sang pengasuh.

Meskipun penerima sembako jumlahnya cukup banyak, namun distribusinya dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari penularan Covid-19. Physical distancing, penggunaan masker, dan sebagainya tetap diterapkan bagi panitia dan penerima sembako.

Menurut Gus Aab, sapaan akrabnya, bagi-bagi sembako menjelang lebaran itu sudah rutin dilakukan setiap tahun sebagai upaya meringankan beban  masyarakat yang harus berjibaku untuk hidup sehari-hari. Covid-19  benar-benar menimbulkan kegundahan ekonomi.

“Siapa sekarang yang tidak kena dampak Covid-19, semua kena, mulai petani, buruh, ustadz dan sebagainya. Maka sembako ini hanya bagian  kecil dari ikhtiar kami untuk turut meringankan beban hidup masyarakat,” ujar Gus Aab yang juga Ketua PCNU Jember itu kepada NU Online di sela-sela pembagian sembako.

Hal yang sama juga disampaikan Ifan Ariadna. Menurut tokoh muda NU tersebut, bantuan sembako dan sebagainya dari para dermawan sesungguhnya merupakan jaring pengaman sosial. Bantuan yang sesungguhnya diharapkan datang dari pemerintah, baik melalui APBD maupun APBN.
 
“Itu (bantuan dari pemerintah), ‘kan sudah terprogram. Saya tidak tahu kalau di Jember seperti apa realisasinya. Jadi, sembako dari masyarakat, itu sifatnya hanya bantuan, yang wajib (bantuan) dari  pemerintah ” ujar Ifan.

Walaupun demikian, alumni Pesantren Asshiddiqi Putra itu tetap mendorong para dermawan dan masyarakat yang berkecukupan  untuk berpartisipasi dalam meringankan beban hidup masyarakat terdampak Covid-19. Sebab, memang tidak  mungkin derita masyarakat ditanggung penuh oleh pemerintah karena anggarannya terbatas.

“Karena itu, saya salut dengan para kiai, tokoh NU dan lembaga NU yang sering terlibat dalam pengumpulan dana untuk diberikan kepada mereka yang terkena dampak Covid-19,” jelasnya.

Sementara itu,   salah seorang penerima sembako, HS menyatakan bantuan sembako tersebut sangat bermanfaat untuk menyambung hidup di hari-hari kedepan. Dikatakannya, saat ini masyarakat serba repot menghadapi Covid-19. Betapa tidak, banyak lahan pekerjaan ditutup, orang harus di rumah, namun di sisi lain tidak ada bantuan yang memadai, atau bahkan tidak ada sama sekali bantuan dari pemerintah.

“Nah masalahnya di situ. Kalau kita diam di rumah tapi ada jaminan makan, enak. Tidak masalah. Tapi ini tidak begitu, disuruh diam di rumah sementara yang mau dimakan tidak disiapkan,” tuturnya.

Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi