Jakarta, NU Online
Pengasuh Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Gorontalo KH Soleh Amin (91) mengenang sejumlah perhatian Pengasuh Pesantren Tebuireng yang juga pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim) kepada para santrinya. Kiai Soleh nyantri di Tebuireng tahun 1943 hingga 1947.
"Beliau perhatian besar ke santrinya," kata Kiai Soleh kepada NU Online di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (25/7).
Menurut Kia Soleh, Mbah Hasyim menekankan kepada para santrinya agar bangun pada malam hari untuk mandi di atas pukul 12 malam hingga Subuh karena terdapat khasiat bagi tubuh. Setelah mandi, santri diimbau untuk belajar, baik mendaras Al-Qur'an maupun kitab kuning.
"Kata beliau (Mbah Hasyim), mandi jam 12 malam sampai subuh itu obat untuk kesehatan. Lalu suruh membaca Al-Qur'an atau muthala'ah kitab," katanya.
Selain itu, Mbah Hasyim juga selalu mengawasi segala aktivitas santrinya, seperti menanyakan menu masakan santrinya. "Beliau sayang sama santri-santrinya. Santri-santrinya selalu diawasi. Sering beliau datang lalu tanya 'apa yang dimasak'. Istilahnya merakyat lah," ucapnya.
Di usianya yang sepuh, Kiai Soleh masih aktif mengabdi untuk NU. Kini ia tercatat sebagai Mustasyar PWNU Gorontalo. Baginya, mengabdi ke NU adalah meneruskan perjuangan Mbah Hasyim. "Istilahnya ngurusi NU sampai akhir hayat. Jadi, kalau saya sendiri tidak ada urusan lain, kecuali NU. Kalau soal ekonomi, saya ngikut saja," pungkasnya. (Husni Sahal/Ibnu Nawawi)